Peran Yoga Restu Adi dalam Berdirinya Komunitas Jawil Jundil, Para Pemburu Aksi Klitih di Sleman
Yoga bersama belasan teman-temannya berinisiatif mendirikan sebuah komunitas bernama Jawil Jundil.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tingginya tingkat kejahatan jalanan atau sering disebut klitih di Kabupaten Sleman membuat sebagian masyarakat tergerak untuk turun tangan.
Salah satunya dilakukan oleh Yoga Restu Adi, warga Jalan Tajem, Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Sleman merasa tergerak untuk menebar kebaikan dengan cara memburu para pelaku Klitih.
Yoga bersama belasan teman-temannya mendirikan sebuah komunitas bernama Jawil Jundil.
Komunitas ini terbilang muda di Yogyakarta, yakni baru berdiri pada 19 November 2020 lalu.
Meski demikian, masyarakat menilai peran para anggotanya cukup berpengaruh terhadap kondusivitas keamanan di tengah masyarakat saat ini.
Baca juga: Komunitas Jawil Jundil, Robin Hood Kabupaten Sleman Pemburu Pelaku Klitih Tanpa Pamrih
Baca juga: BREAKING NEWS: Sebaran Masif Covid-19 Muncul di Bausasran Yogyakarta, 60 Warga Terpapar Virus Corona
Sebagaimana diketahui, aksi kejahatan jalanan klitih sangat meresahkan banyak pihak, terutama masyarakat Yogyakarta yang sering beraktivitas malam hari.
"Tujuannya kami ingin bersinergi denga aparat dan pemerintah. Terutama program kamtibmas ya. Kami sebagai masyarakat ingin berkontribusi. Kami ingin mengembalikan Jogja berhati nyaman," katanya, saat ditemui bersama rekan-rekan komunitas Jawil Judil, Jumat (11/6/2021) malam.
Yoga menambahkan, dirinya tidak mengira jika konsep awal mendirikan komunitas semula hanya untuk pendampingan hukum dan hal lainnya, kini justru diamini oleh teman-temanya untuk memburu pelaku klitih.
"Saya tidak mengira akan sebesar ini. Respon masyarakat luar biasa, sekarang itu banyak masyarakat menghubungi kami untuk minta pengamanan," jelas Yoga.

Yoga menjelaskan, Jawil Judil lahir di bawah naungan organisasi Atmo 5.
Organisasi tersebut didominasi dari kalangan anak kolong atau keturunan tentara.
Yoga pun kini menjabat sebagai Ketua Ormas Atmo 5 Resort Sleman, yang secara organisasi sebagai pengayom dari komunitas Jawil Jundil tersebut.
"Kami nggak mengira akan seperti ini. Misal kami buka rekrutmen anggota Jawil Jundil itu banyak sekali yang ingin gabung. Tapi kami tahan dulu," ungkapnya.
Sejauh ini tidak ada perbekalan khusus dalam menjalankan aksinya yakni berpatroli menyisir sudut-sudut jalan yang seringkali rawan terjadi aksi klitih.
Para anggota Jawil Jundil hanya berbekal doa, niat baik, serta keberanian dari masing-masing anggota.
"Hanya keberanian saja modalnya, sama loyalitas. Tapi kami tetap gak sembarangan. Ada latihan olah tubuh dan pernapasan juga. Jika swaktu-waktu terdesak kami bisa menangani," ujar dia.
Baca juga: Tiga Pelaku Klitih Terancam Hukuman 7 Tahun Penjara
Baca juga: Lagi, Pelajar SMA Terlibat Klitih di Yogyakarta, Pelaku Dijebloskan ke Balai Rehabilitasi Remaja
Mereka bergerak saat malam hari dengan jadwal yang tidak pasti. Untuk sementara ini pengamanan hanya dilakukan di wilayah Sleman saja.
Ada empat sektor yang menjadi pengawasannya dalam upaya memburu pelaku Klitih.
Yakni sektor Timur mulai dari Berbah, sektor Tengah ada di Maguwoharjo, Depok, sektor Barat ada di Jalan Godean hingga perbatasan Kabupaten, dan sektor Utara ada di wilayah Tempel.
Namun tidak menutup kemungkinan para anggota Jawil Judil tersebut menyebar di wilayan lain.
Tujuan lain dari komunitas Jawil Judil itu, menurut Yoga semata-mata ingin menciptakan kondusifitas suatu wilayah, serta untuk mengembalikan kembali semboyan Jogja berhati nyaman.
"Semua ini dilakukan tanpa pamrih. Semata-mata ingin menciptakan kondusivitas lingkungan. Serta mengajak remaja supaya peduli dengan lingkungan sekitar," jelasnya.

Dalam aksinya, tak jarang para anggota Jawil Judil tersebut berduel dengan para perusuh atau pelaku klitih yang pernah ditemui.
Atas eksistensinya itu, kini masyarakat Yogyakarta turut merespon baik terhadap gerakan yang kini dilakukan Yoga dan kawan-kawannya.
Ke depan ia berharap, masyarakat Yogyakarta sama-sama meluangkan waktunya untuk menjaga keamanan masing-masing lingkungan dari gangguan kamtibmas tersebut.
Sementara pesan terhadap para pekaku klitih, Yoga meminta agar sebaiknya meluruskan kembali makna pencarian jati diri yang selama ini dinilai menjadi motivasi awal para pelaku klitih.
"Karena itu kan berawal dari genk anak muda kan. Tapi itu (klitih) pencarian jati diri yang salah," pungkasnya.
( tribunjogja.com )