Tak Ada Untung, Beberapa Pedagang di Malioboro Pilih Tutup Lapak Saat Lebaran

Kawasan Malioboro, Yogyakarta tampak sepi pada H-1 Lebaran ini, Rabu (12/5/2021). Situasi yang terasa begitu berbeda ini pun membuat aktivitas niaga

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA/ Alexander Ermando
Sejumlah gerobak PKL Malioboro ditutup terpal. Sepinya pengunjung membuat pedagang memilih menutup usahanya saat libur Lebaran 2021 ini. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kawasan Malioboro, Yogyakarta tampak sepi pada H-1 Lebaran ini, Rabu (12/5/2021).

Situasi yang terasa begitu berbeda ini pun membuat aktivitas niaga di sana jadi begitu berpengaruh, termasuk bagi pedagang kaki lima (PKL).

Gerobak-gerobak milik pedagang banyak yang ditutup terpal, sejumlah toko pun tutup.

Bahkan pusat perbelanjaan seperti Mal Malioboro hingga Pasar Beringharjo juga tampak sepi pengunjung.

Baca juga: UPDATE Covid-19 DI Yogyakarta: Tambahan 217 Kasus Baru, 8 Kasus Meninggal Dilaporkan Hari Ini

Meski lapaknya dibuka, Widodo hanya tampak termangu. Nyaris tak ada pembeli yang menghampiri untuk membeli baju dagangannya.

"Situasinya benar-benar sepi, padahal sehari lagi Lebaran," katanya.

Widodo turut menjelaskan terkait banyaknya lapak PKL yang tutup. Seperti dirinya, para PKL ini menawarkan pernak-pernik cinderamata khas Kota Gudeg.

Menurutnya, para PKL ini memilih tak berjualan lantaran tak ada keuntungan. Biaya operasional selama berjualan pub praktis tak tertutupi.

Pria ini jadi seorang dari sekian PKL di Malioboro yang tetap membuka usahanya meski kondisi sepi. Sebab, ia mengaku hanya itulah sumber penghasilan utamanya.

"Saya tidak ada pegangan lain, usaha saya cuma ini tok," tutur Widodo.

Baginya, apa yang disampaikan pemerintah tak sesuai dengan kenyataan yang dirasakan. Sebab, pemerintah menyatakan sektor ekonomi mulai menggeliat setelah setahun melewati pandemi.

Namun, Widodo tak merasakan geliat itu. Baginya, tak ada bedanya kondisi tahun pertama pandemi dan kali ini. Pasalnya, hasil pendapatan banyak bersumber dari kunjungan wisata.

Sedangkan saat ini ada kebijakan larangan mudik Lebaran. Sementara para pendapatan PKL Malioboro sangat bergantung dari kunjungan wisatawan, termasuk para pemudik.

"Ya mungkin masyarakat sekarang sudah berani keluar beraktivitas, tapi daya belinya kan masih rendah," ujar Widodo.

Meski sepi, ia tetap menaruh harapan di momen Lebaran ini. Setidaknya, ia berharap dari masyarakat Yogyakarta sendiri juga meramaikan kawasan Malioboro nantinya.

Sebab dengan demikian, ada potensi terjadinya transaksi jual-beli. Widodo pun nanti memilih untuk tetap membuka lapaknya saat hari H Lebaran nanti.

Baca juga: Pemkab Sleman Ajak Masyarakat Menikmati Kuliner Khas Sleman di Rumah Saja

"Ini seperti hukum alam, siapa yang kuat dia yang bertahan," katanya.

Ngatini, PKL Malioboro lain pun juga menyatakan akan tetap berjualan saat Lebaran nanti. Meski nanti harus mengorbankan waktunya bersama keluarga.

Ia merasa tak ada pilihan lain. Sebab pada satu sisi ia tetap bergantung pada hasil penjualan sendal di lapaknya tersebut.

"Mudah-mudahan nanti tetap laku, masa Lebaran ini tidak punya duit," kata Ngatini. (alx)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved