Kisah Inspiratif
Kisah Komunitas Sedulure Dewee dari Yogyakarta, Jadi Tempat Curhat Nasabah Terjerat Pinjol Ilegal
Selain menjadi tempat curhat nasabah, Komunitas Sedulure Dewee ikut memberikan solusi bagaimana agar mereka tidak terjerat pinjol ilegal.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
Di sinilah letak kejanggalan awal mula jeratan manis pinjol ilegal.
“Jadi, pinjol ilegal itu tipenya bukan gali lubang tutup lubang, tapi gali lubang terus. Satu aplikasi pinjol ilegal setidaknya baru bisa ditutup dengan dua aplikasi pinjol ilegal lain,” jelas Andre.
Pinjamannya tidak besar, hanya berkisar Rp 1,5 juta - Rp 1,8 juta saja.
Akan tetapi, ada biaya-biaya terselubung yang tidak diketahui nasabah.
Sehingga, mereka hanya menerima sekitar Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta saja.
Baca juga: Bermimpi Memiiki Hutang, Waspada Adanya Kesulitan Finansial di Masa yang Akan Datang
“Biaya adminnya di depan itu. Tiba-tiba masuk saja ke rekening mereka. Padahal, bisa saja mereka tidak benar-benar ingin meminjam, hanya mencoba-coba,” tutur Andre menjelaskan.
Seperti pepatah sudah jatuh tertimpa tangga.
Mereka yang sedari awal hanya membutuhkan uang, justru harus terlilit pusaran pinjol ilegal.
Sebab, mereka harus membayar bunga pinjaman kurang lebih dari 20 persen dalam tenggat waktu 7-14 hari.
Padahal, nasabah juga tidak menerima uang secara utuh.
Lingkaran setan itu seperti tidak bisa diputus.
Mau tidak mau, mereka harus mencari cara agar terlepas dari siklus itu.
“Dari situ, biasanya nasabah mulai curhat ke Komunitas Sedulure Dewee ini. Ada yang curhat via WhatsApp atau datang ke sini kalau memang orang Yogyakarta,” katanya.
Ceritanya berbeda-beda, ada yang menjual aset, seperti rumah dan mobil, merasa putus asa, hingga ingin mengakhiri hidup.
Dari kisah-kisah nasabah terjerat pinjol ilegal itu, Komunitas Sedulure Dewee berupaya merangkul.