Fenomena Sosial Manusia Silver di Jogja
Pengakuan Manusia Silver di Yogya, Cari Rezeki di Masa Pandemi hingga Kejar-kejaran dengan Petugas
Mereka rela melumuri tubuhnya dengan cat khusus berwarna silver, kemudian mencoba menghibur pengendara yang berhenti di persimpangan jalan
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Muhammad Fatoni
Terpisah, Kasatpol PP DIY, Noviar Rahmad tidak berdiam diri atas maraknya manusia silver di DIY saat ini.
Noviar menjelaskan, keberadaan manusia silver, pengamen boneka, dan gelandangan telah melanggar Perda Nomor 1 Tahun 2014 tentang penanganan gelandangan dan pengemis.
Saat ini Satpol PP DIY akan menggencarkan razia untuk menjaring para manusia silver tersebut.
"Ya sebetulnya itu melanggar perda nomor 1 Tahun 2014 tentang gelandangan dan pengemis. Kami terus melakukan razia," kata Noviar.

Ia meyakini keberadaan manusia silver tersebut berasal dari luar daerah yang sering berpindah-pindah kota.
Hal itu menjadi kendala pihak penegak hukum dalam melakukan razia di lapangan.
"Sulitnya ya itu, mereka itu berpindah-pindah kota. Saat ada razia mereka juga seringkali lari. Nah, personel kami itu tua-tua jadi seringkali kuwalahan," papar Noviar.
Dalam bulan Maret ini, pihaknya baru menjaring sekitar 10 manusia silver yang berkeliaran di wilayah DIY.
Sementara menurut Noviar, jumlah manusia silver ada sekitar ratusan yang aktif dan mengais rejeki di jalan yang ada di DIY.
"Kemarin kami baru behasil menjaring sepuluh manusia silver. Kalau totalnya ada ratusan, dan hampir semua persimpangan jalan di DIY ada manusia silver," tegas Noviar.
( tribunjogja.com )