Studi Baru NASA Perkuat Keyakinan Bahwa Ada Air di Mars
Tim tersebut berfokus kepada jumlah air di Mars dari waktu ke waktu dan komposisi kimiawi atmosfer planet saat ini.
Penulis: Sigit Widya | Editor: Sigit Widya
TRIBUNJOGJA.COM - Studi baru Jet Propulsion Laboratory NASA dan para peneliti di California Institute of Technology mempertanyakan tentang teori lama apalah Mars masih mengandung air atau tidak.
Tim ilmuwan mengemukakan bahwa sejumlah besar air di Mars tidak lolos ke luar angkasa karena gravitasinya rendah seperti yang diasumsikan sebelumnya, melainkan terperangkap di keraknya.
Meskipun diketahui bahwa air yang melimpah telah mengalir di Planet Merah miliaran tahun lalu, tim ilmuwan mengatakan bahwa temuan itu mengungkap antara 30 persen hingga 99 persen di antaranya telah terperangkap dalam mineral.
Kesimpulan mereka, yang diterbitkan di majalah Science dan dipresentasikan pada Konferensi Sains Bulan dan Planet ke-52, dicapai menggunakan data lintas misi dari Planetary Data System NASA.
Dikutip Tribunjogja dari New York Post, Jumat (19/3/2021), data itu berkaitan dengan pekerjaan laboratorium meteorit serta misi Program Eksplorasi Mars NASA.
Baca juga: Inilah Gambar Pertama Penuh Warna Permukaan Mars
Baca juga: Adu Cepat Pesawat NASA, China, dan UEA Tiba di Mars Bulan Ini
Tim tersebut berfokus kepada jumlah air di Mars dari waktu ke waktu dan komposisi kimiawi atmosfer planet saat ini.
Secara khusus, mereka memeriksa rasio deuterium ke hidrogen (D/H).
“Meskipun air terdiri atas hidrogen dan oksigen, tidak semua atom hidrogen dibuat sama," jelas tim ilmuwan.
Mereka melanjutkan, sebagian besar atom hidrogen hanya memiliki satu proton di dalam inti atom.
Sementara sebagian kecil atom, sekitar 0,02 persen, ada sebagai deuterium atau yang disebut hidrogen "berat" yang memiliki proton dan neutron.
Hidrogen yang lebih ringan lolos dari gravitasi planet ke luar angkasa jauh lebih mudah daripada rekannya yang lebih padat.
"Hilangnya air sebuah planet melalui atmosfer atas akan meninggalkan tanda yang mengungkap rasio deuterium terhadap hidrogen di atmosfer planet," tambah tim ilmuwan.
Lantaran hilangnya air hanya melalui atmosfer, tidak dapat mewakili baik "sinyal deuterium-ke-hidrogen" di atmosfer dan sejumlah besar air pada masa lalu.
Baca juga: Begini Penampakan Hotel Pertama di Luar Angkasa, Siap Operasional 2027
Baca juga: Dua Astronot Tambah Daya Listrik Stasiun Luar Angkasa Biar Nggak Byar Pet
Ada dua mekanisme yang berperan.
Keduanya memerangkap air dalam mineral di kerak planet dan hilangnya air ke atmosfer.