Cerita Anak-anak Adopsi Mencari Orang Tua di Yogya, Dari Belanda dan Inggris

Robbert Geertzema masih berusia 6 bulan di tahun 1978 ketika ia pertama kali diadopsi orang Belanda. Ia lahir di Rumah Sakit (RS) Bethesda Yogyakart

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja.com
Sampul Koran Harian Tribun Jogja Edisi Khusus 

Yayasan Mijn Roots, organisasi non-profit yang membantu anak adopsi asal Belanda mencari orang tua kandung di Indonesia, mengira setidaknya ada 3.000 anak diadopsi di periode tersebut.

Robbert Geertzema begitu antusias tatkala menceritakan proses pengadopsian dirinya. Ia berharap, kisah yang dibagikan bisa membantu dirinya menemukan orang tua di Yogya.

Ia tentu saja tidak ingat bagaimana prosesnya, tapi orang tua dan keluarga Geertzema tetap berterus terang tentang adopsi tersebut.

“Saya sampai di Belanda pada bulan Januari 1979, itu cukup sulit untuk saya,” ungkap Robbert kepada Tribun Jogja.

Kesulitan Robbert bukan tanpa sebab. Ia merasa tidak seperti orang Belanda pada umumnya. Kulit Robbert sama seperti orang Indonesia, berwarna sawo matang dan berambut hitam. Warna matanya juga hitam dengan batang hidung cukup tinggi.

Robbert juga merasa tidak cukup dekat dengan dua orang tua angkat. Ia selalu merasa mereka tidak bisa memahami dirinya.

“Orang tua saya tidak pernah memahami tentang diri saya. Jadi, sebenarnya ini cukup sulit. Mereka bilang kalau saya dibesarkan di Belanda maka saya adalah orang Belanda,” ujarnya.

Hingga kini, Robbert masih merasa hampa. Kepingan puzzle dalam dirinya belum juga komplet jika ia belum menemukan siapa orang tua kandungnya. Pada tahun 2016, Robbert sempat mengunjungi Indonesia untuk pertama kalinya.

Ia langsung menuju Yogyakarta.
Kegembiraannya tidak bisa ia bendung. Robbert merasa menemukan separuh jiwanya yang hilang.

“Kedatangan saya ke Yogyakarta itu melengkapi diri saya. Saya benar-benar merasa terkoneksi dengan orang-orang di sana,” kata Robbert melanjutkan.

Selain penasaran, alasan Robbert untuk mencari orang tua kandung juga karena ia ingin mengenalkan Indonesia dan Yogyakarta kepada kedua anaknya.
Dari data yang disimpan, Robbert lahir dari pasangan Saniti dan Rajiyo di RS Bethesda Yogyakarta.

Hanya itu data yang ia miliki. Tidak ada keterangan lebih lanjut tentang orang tua maupun saudara-saudaranya. “Saya benar-benar tidak tahu, tidak pernah ada yang memberitahu,” kata Robbert yang juga meragukan apakah surat adopsinya legal.

Pencarian ini mungkin saja tidak berujung, sehingga dirinya tidak mau berharap banyak tentang penemuan kedua orang tuanya. Namun, Robbert tetap bermimpi, jika suatu saat ia berhasil menemukan orang tua biologis, maka dirinya ingin bertanya mengapa mereka membiarkan proses adopsi itu.

“Yang paling penting, saya ingin tahu siapa mereka dan bagaimana mereka tinggal. Apakah mereka hidup sehat atau sakit? Kita pasti ingin potongan terakhir dalam hidup kita komplet, kan?” terangnya.

Ingin peluk ibu

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved