Kabupaten Sleman
Sleman Beralih ke Mode "Siaga Darurat Merapi"
Pemerintah Kabupaten Sleman sedang berhitung cermat untuk kembali memperpanjang status tanggap darurat bencana Merapi
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Pemerintah Kabupaten Sleman sedang berhitung cermat untuk kembali memperpanjang status tanggap darurat bencana Merapi yang akan berakhir 31 Januari mendatang.
Berdasarkan rekomendasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) potensi ancaman erupsi telah bergeser ke Selatan - Barat Daya.
Sementara pemukiman warga Sleman paling dekat dengan puncak di sisi selatan barat daya berada di jarak 6,5 kilometer, sehingga relatif masih aman.
Sekertaris Daerah (Sekda) Sleman, Harda Kiswaya menyampaikan pihaknya masih akan berkoodinasi dengan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, terkait status bahaya Gunung Merapi.
Menurut dia, sepanjang aktivitas gunung api diperbatasan DIY - Jateng itu cenderung masih sama, dengan rekomendasi ancaman potensi bahaya sisi barat daya di radius 5 kilometer, maka, status tanggap darurat akan diperpanjang dengan Siaga Darurat.
"Sepanjang Merapi siaga seperti ini, kami akan tetap berkoodinasi dengan Provinsi. Siaga Merapi kita pertimbangan untuk diperpanjang," ujar dia, saat melepas ratusan warga Kalitengah Lor, Glagaharjo pulang dari pengungsian, Selasa (26/1/2021).
Baca juga: BPBD DIY : Pengungsi di Glagaharjo Dipulangkan Karena Kalitengah Lor di Luar Wilayah Bahaya Merapi
Baca juga: Sebanyak 187 Pengungsi Gunung Merapi Dipulangkan, Sekda Sleman: Jangan Lupa Citamasjajar
Padukuhan Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo, dari rekomendasi BPPTKG sudah relatif aman setelah potensi ancaman beralih ke arah Selatan dan barat daya.
Warga yang mengungsi pun sudah diperbolehkan kembali ke rumah. Namun dengan syarat, radius 3 kilometer dari puncak harus dikosongkan dari segala aktivitas.
Kemudian, warga tetap harus siap-siaga dan meningkatkan kewaspadaan. Hal itu harus dilakukan, sebab ada kemungkinan aktivitas Merapi sewaktu-waktu kembali meningkat.
Kepala Pelaksana BPBD Sleman Joko Supriyanto mengatakan, apabila aktivitas Merapi kembali meningkat dan membahayakan, maka warga Kalitengah Lor akan kembali diungsikan.
"BPPTKG menyampaikan pengungsi sudah bisa dipulangkan dengan catatan, nanti jika waktu-waktu ada perubahan aktivitas Merapi, pengungsi bisa diungsikan kembali," paparnya.
Joko mengungkapkan, pemukiman warga di kecamatan Turi dan Pakem yang terdekat dengan puncak Merapi berjarak 6,5 KM.
Yaitu di Padukuhan Turgo, Kalurahan Purwobinangun. Itu pun tidak semua warga berpotensi terdampak. Hanya sebagian warga saja yang bermukim dekat dengan aliran sungai.
Menurutnya, ada sekitar 40 - 60-an warga di sana mulai antisipasi, di mana saat malam hari, memilih bergeser untuk tidur di tempat aman.
Pihaknya, hingga kini belum memerintahkan warga untuk mengungsi. Sebab, radius pemukiman warga dinilai masih cukup aman.
"Mereka itu pengungsi mandiri. Kalau malam tidur di tempat aman. Paginya, pulang lagi ke rumah," terang Joko.
Dari hal itu, BPBD hanya memberikan fasilitas seperti snack dan tikar saja. Tapi tidak untuk kebutuhan lainnya, misalnya makan dan minum.
Joko mengungkapkan, kendati sisi barat, pemukiman warga masih relatif aman, pihaknya terus melakukan berbagai upaya.
Hal itu dilakukan, untuk menantisipasi apabila Merapi terus bergejolak hingga membahayakan warga.
Menurut dia, barak pengungsian di Girikerto, Wonokerto dan Purwobinangun sudah disiapkan. Masing-masing berkapasitas 100 orang.
Barak tersebut, sudah dilakukan penyekatan supaya saat berada di pengungsian, warga tetap aman, terutama dari penularan virus corona.
Joko menyampaikan, dengan kondisi Merapi saat ini, Kabupaten Sleman dimungkinkan akan memperpanjang status tanggap darurat menjadi siaga darurat Merapi.
"Kita akan memperpanjang siaga darurat. Kalau sebelumnya kan tanggap darurat bencana. Sekarang siaga darurat. Siaga itu masih siap-siap. Tanggap itu, sudah kejadian," ujar dia, menjelaskan. (Tribunjogja/Ahmad Syarifudin)