Kuliner

Mencicipi Serabi Kocor di Pinggir Jalan Bantul Km 6 yang Sudah Ada Sejak 1998

Jika ingin mencicipi serabi kocor khas Bantul ini, bisa juga melakukan pencarian "Serabi Kocor Ngadinem" di platform Google Maps.

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Maruti Asmaul Husna Subagio
Murtini sedang membuat serabi kocor, bersama sang kakak, Ngadinem, di belakangnya. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sebuah pemandangan unik terlihat di pinggir Jalan Bantul Km 6 sore itu. Di sisi barat jalan, sebelum Apotek K24 dua orang ibu sedang membuat serabi kocor di bawah tenda terpal yang mereka bangun. 

Murtini dengan lihai menuangkan adonan serabi yang terdiri atas tepung beras, kelapa, dan garam ke atas mangkuk tanah liat.

Membiarkannya terbakar beberapa menit. 

Saat sudah matang kecoklatan, ia pun mengangkatnya dengan sutil.

Terbayang rasa gurih dan sedikit asin dari makanan berbentuk bulat sempurna itu. 

Baca juga: Mengecap Nikmatnya Serabi Kocor, Kuliner Legendaris yang Dimasak Tradisional

Di sebelahnya, Ngadinem yang merupakan kakak kandung Murtini sedang membungkus kuah serabi ke dalam plastik-plastik kecil.

Kuah serabi terbuat dari santan dan gula merah.

Rasanya perpaduan antara manis dan gurih. 

Setiap bungkus kuah itu akan dibungkus kembali dalam plastik lebih besar bersama setangkup serabi.

Satu tangkup serabi kocor dan kuah itu dijual seharga Rp2.500.

Ngadinem menuturkan, dirinya telah berjualan serabi kocor di lokasi yang sama sejak 1998.

Saat itu, harga satu tangkup serabi hanya Rp500. 

Wanita berusia 53 tahun itu memang asli daerah sana, tepatnya Desa Nyemengan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul.

Ditanya alasannya bertahan pada profesi itu, Ngadinem berujar justru capai jika ikut bekerja dengan orang lain. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved