Kan Eddy Kenalkan Hydro Oxy 2.0, Diklaim Bisa Bunuh Virus dengan Mencuci Tenggorokan
Kan Eddy bisa jadi adalah orang paling nekat di Indonesia. Bagaimana tidak, Inventor atau penemu Hydro Oxy 2.0 itu rela tinggal 2 hari
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
Menurut Kan Eddy, material hidrogen peroksida bersifat food grade. Aman dan tidak beracun.
Sebab, setelah oksigen dilepaskan dan membunuh virus, maka hasil akhirnya adalah air sehingga dipastikan ramah bagi tubuh manusia.
Efek samping yang ditimbulkan, kata dia, justru menjadikan tubuh tidak mudah terkena kanker.
Sebab, hydrogen peroksida dapat menambah suplai kandungan oksigen di dalam tubuh.
"Penyakit yang paling tidak suka dengan oksigen adalah kanker," jelasnya.
Baca juga: Penyaluran Donasi Tahap Dua Usai, DU-BGPY Bagikan 6.058 Kotak Nasi ke Buruh Gendong
Baca juga: Kepala Dinkes DI Yogyakarta Sebut Pandemi Perlu Ditangani Oleh Seluruh Pentahelix
Hydro Oxy diakui sudah lolos uji dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Kan Eddy mengaku siap apabila produknya diperiksa lebih jauh bahkan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) sekalipun.
Baginya, Hydro Oxy diciptakan bukan untuk bisnis tetapi demi kemanusiaan, membantu bencana non-alam yang saat ini sedang dihadapi Negara.
Misi besarnya adalah mengembalikan tatanan normal baru.
Sejauh ini, dari hasil ujicoba yang dilakukan, manfaatnya dianggap baik.
Kan Eddy mengaku sedang mencanangkan gerakan bantuan 1 Juta botol Hydro Oxy yang akan disebar ke seluruh penjuru Indonesia.
Terutama untuk petugas garda depan melawan Covid-19, yaitu tenaga kesehatan, kepolisian maupun pedagang pasar rakyat.
Namun karena keterbatasan biaya, program tersebut saat ini berjalan secara bertahap.
Hydro Oxy sudah diperjualbelikan di sejumlah toko maupun online. Di Yogyakarta, produk karya anak bangsa yang bernaung di PT DMOB tersebut bisa didapatkan di Cieriek Kopi Indonesia, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul.
Satu produk dengan ukuran 60 mililiter dijual dengan harga Rp 60 ribu. Harga tersebut menurutnya sudah sangat murah dan terjangkau karena bisa untuk pencegahan dengan cara disemprot ke mulut selama 35 hari.
"Sekali lagi, ini bukan bisnis tetapi kami membantu kedaruratan yang sedang dihadapi di Indonesia," tuturnya. (Rif)