Bantul

Debat Perdana Pilkada Bantul 2020, Halim vs Suharsono : Pertarungan Ide dan Pesona

Debat perdana yang mempertemukan calon Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih vs Suharsono, dinilai berjalan landai.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
Tangkapan layar Debat Calon Bupati Bantul 2020
Screenshot tangkapan layar momen debat publik putaran pertama Pilkada Bantul 2020 yang ditayangkan TV lokal jejaring nasional dan live streaming KPU Bantul. Debat tersebut mempertemukan Calon Bupati, Abdul Halim Muslih Vs Suharsono. 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Debat publik putaran pertama Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Bantul 2020, digelar Rabu (28/10/2020) malam.

Debat yang mempertemukan calon Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih vs Suharsono, dinilai berjalan landai.

Dalam konteks tantangan yang dihadapi pemerintahan di masa mendatang, kedua kandidat dinilai sama-sama belum cukup mendalam untuk mengeksplorasi visi-misi dan program lima tahun ke depan. 

Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol), Universitas Gadjah Mada (UGM), Nanang Indra Kurniawan mengatakan, melalui debat putaran pertama, secara normatif, publik sebenarnya berharap sekaligus menginginkan akan ada pertukaran Ide dan gagasan yang kuat dari kedua kandidat.

Tetapi sayangnya tidak banyak muncul.  

Baca juga: Dua Paslon Pilkada Bantul Deklarasi dan Tandatangani Pakta Integritas 

"Ada kecenderungan ini adalah pertarungan ide dan pesona. Saya kira, masing-masing kandidat, tahu betul untuk memanfaatkan dua hal itu, demi kepentingan kemenangan elektoral mereka," katanya, saat acara nonton bareng talk-show debat publik putaran pertama, di Homestay Tembi, Jalan Parangtritis, Rabu malam. 

Kendati belum banyak ide inovatif muncul, menurut Nanang, apa yang disampaikan oleh kandidat nomor urut 1, Abdul Halim Muslih, relatif ada identifikasi masalah kemudian menawarkan solusi, meskipun masih bersifat makro.

Sedangkan kandidat nomor urut 2, Suharsono, cenderung bermain aman.

Apa yang disampaikan selalu story-telling, bercerita pemerintahan masa lalu dan tidak menunjukkan secara kuat, apa yang akan dilakukan di masa mendatang. 

Nanang menilai, kedua kandidat memiliki strategi berbeda.

"Kandidat nomor dua, memainkan citra diri, pesona. (Sementara) satunya, meng-konter dengan ide," paparnya. 

Sepanjang jalannya debat, strategi citra diri atau pesona, selalu ditonjolkan Suharsono, terutama dalam segmen ke-lima.

Di mana, Suharsono, bertanya kepada lawannya, Abdul Halim Muslih.

Baca juga: Bawaslu Telusuri Oknum Guru ASN Diduga Tidak Netral di Pilkada Bantul

Alih-alih membangun pemerintahan yang bersih di masa mendatang, Suharsono justru bertanya masa lalu. 

"Bagaimana pendapat mas Halim, selama kita memimpin, apakah perwujudan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi sudah terlaksana dengan baik? Kalau belum apa kekurangannya?"

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved