GeNose UGM Bersaing dengan Produk Luar Negeri, Warek UGM: Butuh Nasionalisme yang Kuat
GeNose yang merupakan alat pendeteksi Covid-19 melalui hembusan nafas saat ini memasuki tahap uji diagnostik kepada 1.500 pasien dari 9 rumah sakit.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Kurniatul Hidayah
“Selama ini untuk diagnosis kan masih menggunakan swab, rasanya sakit dan membutuhkan waktu, paling cepat 24 jam. Kita tadi sudah menyaksikan hanya beberapa menit ya (GeNose) sudah bisa menghasilkan. Mudah-mudahan nanti hasilnya (uji diagnostik) bagus, ini akan membantu sekali untuk masyarakat dan rumah sakit sehingga pendeteksian akan lebih mudah dan penanganannya juga lebih bagus,” sambungnya.
Salah seorang peneliti GeNose dari FMIPA UGM, Dr Eng Kuwat Triyana membenarkan adanya perusahaan-perusahaan lain di dunia yang sedang bekerja dengan sistem yang sama seperti GeNose.
Baca juga: Peringatan BMKG : Selasa Besok, Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem di Sejumlah Wilayah Berikut Ini
Baca juga: Gojek dan Pemkot Yogyakarta Bersinergi Tingkatkan Perekonomian Pedagang Pasar
Baca juga: Delapan Pelanggaran Lalu Lintas yang Akan Jadi Prioritas Penindakan dalam Operasi Zebra 2020
Menurutnya, pada akhir November GeNose akan diproduksi sebanyak 120-200 unit.
“Masih terbatas jumlahnya karena ini masih kapasitas sementara. Kapasitas totalnya cukup tinggi sekitar 50 unit per bulan. Dukungan dari pendana kami harus membuktikan dulu apakah ini reliable untuk masyarakat.
Masalah biaya kami bercita-cita biaya uji itu serendah mungkin agar niat sosial kita itu benar-benar tercapai,” jelasnya.
Saat ini hingga sekitar satu bulan ke depan, dilakukan uji diagnostik GeNose yang bertujuan menguji dan mengomparasikan alat ini dibandingkan dengan hasil diagnosis tes polymerase chain reaction (PCR) dari pasien di poli Covid-19. (uti)