GeNose UGM Bersaing dengan Produk Luar Negeri, Warek UGM: Butuh Nasionalisme yang Kuat
GeNose yang merupakan alat pendeteksi Covid-19 melalui hembusan nafas saat ini memasuki tahap uji diagnostik kepada 1.500 pasien dari 9 rumah sakit.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – GeNose yang merupakan alat pendeteksi Covid-19 melalui hembusan nafas saat ini memasuki tahap uji diagnostik kepada 1.500 pasien dari 9 rumah sakit.
Kurang dari dua bulan ke depan, jika uji diagnostik memberikan hasil yang baik, maka GeNose siap digunakan secara lebih luas.
Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Bidang Kerja Sama dan Alumni, Prof Dr Paripurna Poerwoko Sugarda mengatakan hasil temuan dari para peneliti UGM ini bersaing dengan beberapa produk dengan sistem yang sama dari negara lain.
Sebagian alat serupa GeNose dari luar negeri tersebut bahkan sudah berada di pintu gerbang Indonesia.
Menurutnya, tanpa nasionalisme yang kuat, GeNose dapat mengalami gangguan pada proses pemasarannya kelak.
“Penelitian-penelitian seperti ini di belakang kita banyak sekali, dari Irlandia, Israel, Singapura, itu sudah di depan pintu negara kita. Kalau kita tidak punya nasionalisme yang kuat, bisa jadi produk ini akan mengalami gangguan dalam pemasarannya. GeNose sampai sekarang ini masih menjadi terdepan,” ujarnya di RSUP Dr Sardjito, Senin (26/10/2020).
Baca juga: Seo Ye Ji Pertimbangkan Bintangi Drama Baru Produksi OCN
Baca juga: Semarakkan 2nd Anniversary, Sleman City Hall Gelar “Anniversary Week”
Baca juga: Datangi DPRD DI Yogyakarta, MPBI DIY Minta Pemerintah Sediakan Perumahan Buruh Bersubsidi
Ia menambahkan, selama ini pengembangan GeNose telah melibatkan unsur pentahelix, di antaranya akademisi, industri, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan media.
Ditemui dalam kesempatan yang sama, Rektor UGM, Prof Ir Panut Mulyono menuturkan UGM terus berkomitmen untuk mendukung program pemerintah dalam pengendalian Covid-19.
Ia melanjutkan, diharapkan GeNose dapat memutus penularan Covid-19 dengan keunggulan yang dimilikinya.
Di antaranya murah, cepat, tidak memerlukan teknisi khusus karena tidak invasif atau tanpa injeksi, berbasis elektronik yang mudah diproduksi secara massal, serta spesifikasi dan sensitivitasnya tinggi.
“Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada RSUP Dr Sardjito dalam pelaksanaan uji diagnostik GeNose dengan pelaksanaan kegiatan pada pagi hari ini,” tambahnya.
Baca juga: Bioskop Empire XXI Yogyakarta Kembali Dibuka Per Hari Ini
Baca juga: Promo Resto Hari Ini: HokBen, Yoshinoya, McD dan KFC
Baca juga: Meski Dibuat Klenger! Gaethje Lakukan Ini Saat Khabib Nurmagomedov Menangis
Direktur Utama RSUP Dr Sardjito, Rukmono Siswishanto mengatakan pihak RSUP Dr Sardjito sangat bangga dapat bergabung dengan tim dari UGM dalam mengembangkan GeNose ini.
“GeNose ini bagi kami sivitas hospitalia Sardjito dan sivitas akademika UGM ini memberikan penguatan atas identitas ke-Indonesia-an kita. Karena ini menjadi salah satu kebanggaan semua orang Indonesia dan mudah-mudahan kalau ini berhasil maka identitas kita sebagai bangsa Indonesia itu semakin kuat,” urainya.
“Selama ini untuk diagnosis kan masih menggunakan swab, rasanya sakit dan membutuhkan waktu, paling cepat 24 jam. Kita tadi sudah menyaksikan hanya beberapa menit ya (GeNose) sudah bisa menghasilkan. Mudah-mudahan nanti hasilnya (uji diagnostik) bagus, ini akan membantu sekali untuk masyarakat dan rumah sakit sehingga pendeteksian akan lebih mudah dan penanganannya juga lebih bagus,” sambungnya.
Salah seorang peneliti GeNose dari FMIPA UGM, Dr Eng Kuwat Triyana membenarkan adanya perusahaan-perusahaan lain di dunia yang sedang bekerja dengan sistem yang sama seperti GeNose.
Baca juga: Peringatan BMKG : Selasa Besok, Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem di Sejumlah Wilayah Berikut Ini
Baca juga: Gojek dan Pemkot Yogyakarta Bersinergi Tingkatkan Perekonomian Pedagang Pasar
Baca juga: Delapan Pelanggaran Lalu Lintas yang Akan Jadi Prioritas Penindakan dalam Operasi Zebra 2020
Menurutnya, pada akhir November GeNose akan diproduksi sebanyak 120-200 unit.
“Masih terbatas jumlahnya karena ini masih kapasitas sementara. Kapasitas totalnya cukup tinggi sekitar 50 unit per bulan. Dukungan dari pendana kami harus membuktikan dulu apakah ini reliable untuk masyarakat.
Masalah biaya kami bercita-cita biaya uji itu serendah mungkin agar niat sosial kita itu benar-benar tercapai,” jelasnya.
Saat ini hingga sekitar satu bulan ke depan, dilakukan uji diagnostik GeNose yang bertujuan menguji dan mengomparasikan alat ini dibandingkan dengan hasil diagnosis tes polymerase chain reaction (PCR) dari pasien di poli Covid-19. (uti)