Update Corona di DI Yogyakarta
Tidak Semua OTG Covid-19 di Kota Yogya Bisa Isolasi di Shelter Rusunawa Bener, Ini Kriterianya
Pemkot Yogyakarta resmi merealisasikan shelter bagi orang tanpa gejala (OTG) Covid-19, di rumah susun sewa (Rusunawa) Bener, Tegalrejo.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta resmi merealisasikan shelter bagi orang tanpa gejala (OTG) Covid-19, di rumah susun sewa (Rusunawa) Bener, Tegalrejo.
Akan tetapi, karena keterbatasan tempat, tidak semua OTG bakal menjalani karantina mandiri di sana.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani mengatakan, OTG yang dikarantina di shelter harus memenuhi beberapa kriteria khusus.
Satu di antaranya, yang bersangkutan wajib memperoleh konfirmasi dari Puskesmas dan kecamatan tempat domisili.
• Shelter OTG Covid-19 Sudah Memenuhi Standar, Wali Kota Yogya : Masyarakat Sekitar Tidak Keberatan
"Harus terkonfirmasi positif Covid-19 dan tanpa gejala ya, oleh Puskesmas. Terus, harus dikomunikasikan dulu dengan wilayah, tidak semuanya bisa langsung diarahkan ke sini," ujarnya, usai meninjau kesiapan shelter bersama jajaran Pemkot Yogyakarta, Jumat (18/9/2020) siang.
Bukan tanpa sebab, dari 97 kasus Covid-19,yang muncul di kota pelajar, 80 di antaranya berstatus OTG, sehingga wajib menjalani isolasi mandiri.
Padahal shelter di gedung milik pemerintah pusat tersebut, daya tampung maksimalnya hanya cukup untuk 84 pasien tanpa gejala.
"Makanya, ada pemilahan. Jadi, Puskesmas komunikasi dulu dengan wilayah ya, apakah rumahnya tidak memungkinkan untuk isolasi. Lalu, misal wilayah sudah ada shelter, lebih baik dikasih ke sana. Kalau di wilayah tidak ada, barulah isolasi di shelter ini," ungkap Emma.
Ia pun berharap, masyarakat yang diarahkan untuk isolasi di shelter benar-benar sukarela san tanpa paksaan, agar nantinya dapat tercipta komunikasi yang baik dengan petugas.
• Pemkot Yogya Upayakan Shelter OTG Covid-19 di Rusunawa Bener Bisa Beroperasi 21 September
Emma berujar, selama isolasi, Puskesmas yang mengirim pasien tetap diwajibkan memonitor kondisinya.
"Ya, kesehatan pasien akan tetap dipantau sama Puskesmas yang mengirim, walaupun di sini sudah ada tenaga medis dan PSC 119 untuk layanan darurat," ujarnya.
Lebih lanjut, perempuan yang baru menjabat Kepala Dinkes sejak akhir Agustus silam tersebut mengatakan, di samping isolasi dengan pengawasan ketat, para pasien di shelter juga menjalani deretan kegiatan lain untuk menunjang kondisi tubuhnya agar tetap stabil dan terjaga.
"Kira-kira setiap pagi jam 10.00, pasien akan berjemur di halaman shelter selama lebih kurang 15 menit. Nanti bisa bergantian lah, kalau memang banyak orangnya, supaya tidak menimbulkan kerumunan," katanya.
"Selain itu, kita juga sedang menyusun rencana agar bisa digelar senam bersama. Tapi, tentunya tanpa instruktur, dipandu lewat LCD kan bisa," pungkas Emma. (TRIBUNJOGJA.COM)