Yogyakarta
Keluh Kesah Pekerja Asal Yogyakarta yang Dirumahkan, Menanti Program Pemerintah DIY
Kekhawatiran adanya gelombang pengangguran tinggi mulai dirasakan oleh mantan pekerja tenaga kontrak satu hotel di Kota Yogyakarta.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja Miftahul Huda
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kekhawatiran adanya gelombang pengangguran tinggi mulai dirasakan oleh mantan pekerja tenaga kontrak satu hotel di Kota Yogyakarta.
Satu contohnya adalah Ragil Anggara. Ia mengatakan keluh kesahnya.
Beberapa bulan yang lalu, senyum ketenangan masih dirasakan lantaran pekerjaannya waktu itu seorang asisten koki.
Baru tiga bulan dirinya menekuni pekerjaannya saat itu. Tiba-tiba pandemi Covid-19 masuk ke Yogyakarta.
Karena kondisi ekonomi perusahaan yang limbung, Ragil pun terpaksa di rumahkan.
• Dampak Pandemi, 342 Pekerja di Kota Magelang Dirumahkan, 23 Di-PHK
"Maret itu saya harusnya tanda tangan kontrak. Karena saya masuk awal 2020. Pas pandemi datang, akhirnya saya malah di rumahkan. Tidak jadi tanda tangan kontrak," katanya kepada Tribunjogja.com, Kamis (3/9/2020).
Selama tiga bulan kerja yakni terhitung Januari-Maret lalu, ia sempat mendapat gaji sebesar Rp1,6 juta.
Namun sekarang remaja usia 27 tahun ini terpaksa bekerja freelance untuk bersih-bersih kost dan rumah.
Ia pun belum tahu, apakah perusahaannya yang dulu akan memanggilnya kembali untuk bekerja atau tidak sama sekali.
Harapan besar ia gantungkan kepada pemerintah, supaya memperhatikan pekerja sepertinya.
"Karena banyak juga teman-teman saya yang dirumahkan. Sampai sekarang tidak dipanggil lagi," ujarnya.
Rencana pemerintah DIY untuk menyusun program pelatihan up skilling dan reskilling itu pun menjadi harapan besar baginya.
"Saya sih setuju saja kalau ada upaya seperti itu. Tapi kalau bisa ya jangan hanya pelatihan, tapi juga modal usaha atau dukungan kedepannya harus ada," imbuhnya.
• Pekerja Terdampak Pandemi Covid-19 Perlu Mendapat Bantuan Langsung dari Pemerintah
Selain berharap program pelatihan dari pemerintah tersebut, Ragil juga menyampaikan kekecewaannya terkait bantuan subsidi kepada pekerja sebesar Rp600 ribu.
"Itu kan untuk yang karyawan saja ya. Nah pekerja freelance seperti saya bagaimana? Apalagi saya baru saja di rumahkan. Kok malah tidak mendapat," ungkap pria asal Tegalrejo, Yogyakarta ini
Ia berharap ada jalan keluar dari pemerintah DIY agar nasib para pekerja yang dirumahkan sepertinya dapat kembali mencukupi kebutuhan hidup.
Hal yang sama juga dirasakan Handi Pusdian.
Pria yang baru menikah satu tahun yang lalu ini juga waswas.
Meski tidak kehilangan pekerjaan, namun jam kerjanya sebagai seorang koki harus dikurangi.
"Sebulan hanya 12 kali masuk. Ya ada pengurangan jam kerja, karena masih sepi kan pengunjung hotelnya. Belum stabil," katanya.
Ia pun turut merespon langkah pemerintah DIY terkait rencana penyusunan program up skilling dan reskilling yang direncanakan pada tahun 2021 mendatang.
"Kalau bisa malah secepatnya, supaya pengangguran tidak semakin tinggi. Saya sangat setuju program itu segera diluncurkan. Harapannya ya kami dapat modal usaha juga," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)