Yogyakarta

Buka Kios Setelah Libur Lebaran, PKL Malioboro: Tak Ada Perubahan

Sebagian pertokoan dan para pedagang kaki lima (PKL) di sekitar kawasan Malioboro kembali membuka dagangan setelah meliburkan diri selama Idulfitri 14

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Hasan Sakri
KEMBALI BERJUALAN. Pengunjung memilih baju yang dijual pedagang di kawasan Malioboro, kota Yogyakarta, Rabu (27/5/2020). Sebagain toko dan pedagang kaki lima di kawasan Malioboro kemnali membuka usaha mereka setelah beberapa waktu menutup usahanya karena pandemi Corona. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Sebagian pertokoan dan para pedagang kaki lima (PKL) di sekitar kawasan Malioboro kembali membuka dagangan setelah meliburkan diri selama Idulfitri 1441 H/2020 M.

Namun, pedagang kaki lima yang membuka toko terpantau tidak terlalu banyak. Menurut pengamatan Tribunjogja.com, sedikit ada penambahan dari situasi Covid-19 sebelumnya namun tidak seberapa.

Seorang pedagang kaki lima Malioboro yang juga anggota persatuan pelukis, perajin, pedagang kaki lima Malioboro-Ahmad Yani (Pemalni), Ilyas atau sering disapa Welly mengatakan jumlah kaki lima yang membuka kios belum sampai seperempat dari kondisi normal.

Welly sendiri baru membukan dagangan pada Selasa (26/5/2020) setelah sebelumnya meliburkan diri selama satu pekan.

Wacana The New Normal Jadi Pertimbangan, Pertokoan Malioboro Mulai Buka Pekan Ini

“Libur seminggu sebelum lebaran. Karena barang kalau nggak dibuka bisa rusak. Walaupun tamu belum ada, sambil angin-anginan dibuka dulu,” ujar pria asal Sumatera Barat ini.

Dia mengklaim bahwa penurunan penjualan dagangannya sejak Covid-19 masuk ke Indonesia mencapai 95 persen.

“Setelah lebaran ini sedikit ada perubahan pengunjung. Tapi yang membeli nggak pengaruh. Sama saja, paling 1-2 orang yang membeli per hari,” ungkap pedagang tas, dompet, dan asesori itu.

Menurutnya, para pedagang atas inisiatif sendiri telah mengikuti imbauan pemerintah untuk bekerja dari rumah. Meskipun tidak diperintahkan.

“Inisiatif rakyat Jogja yang sudah mematuhi sendiri. Meskipun Jogja belum PSBB (pembatasan sosial berskala besar). Kita katanya akan menjadi daerah percontohan itu karena rakyatnya belum disuruh sudah patuh duluan,” bebernya.

Malam Idulfitri, Jalan Malioboro hingga Titik Nol Kilometer Yogyakarta Padat Merayap

Selama ini, ungkap Welly, dia bersama istri dan seorang putranya dapat bertahan hidup karena bantuan sembako yang seringkali datang dari berbagai pihak.

Sementara, dirinya belum pernah merasakan bantuan sosial dari pemerintah.

“Ada yang menyumbang dari teman-teman pedagang, dari asosiasi lain. Semuanya sembako. Dari pemerintah belum dapat sama sekali,” tuturnya.

Dia pun menyayangkan ketiadaan bantuan dari pemerintah itu.

Menurutnya, pedagang kaki lima banyak yang sangat membutuhkan bantuan itu, namun tidak terdata.

“Kaki lima itu ditaruh di kelompok mana? Apakah kelompok atas, menengah, atau UMKM? Yang jelas ekonomi nonformal. Kenapa kaki lima tidak dihiraukan? Padahal kami berusaha tidak pernah meminta modal. Bahkan, membuka lapangan kerja untuk 2-3 orang yang ikut bekerja,” sesalnya. 

Welly hanya berharap, secepatnya wabah Covid-19 dapat tuntas di Indonesia. “PSBB secepatnya dilepaskan di kota-kota lain. Kalau kota lain sudah selesai (PSBB), baru ada orang muncul di Malioboro.

Jogja ini yang diandalkan pariwisata dan kampus,” paparnya.

Kursi di Malioboro Kembali Diberi Pembatas, Idul Fitri Akan Dijaga Petugas

Dia menambahkan, biasanya saat momen wisuda di kampus-kampus, terjadi pelonjakan pengunjung Malioboro. “Kalau sebulan ini nggak dibuka PSBB, kelaparan orang-orang,” tegasnya.

Pedagang kaki lima Malioboro lainnya, Sumartiani mengatakan hal yang senada.

“Setelah lebaran ini masih sama (jumlah pengunjung). Sehari-hari paling 1-2 orang yang membeli, ini sejak awal corona. Yang zonk atau kosong pembeli sama sekali itu sering. Selama wisatawan nggak ada kita nggak jalan. Harus pulih seperti biasa dulu,” ungkapnya.

Terpisah, anggota Jogoboro atau petugas pengamanan di kawasan Malioboro, Nurhadi mengatakan ada sedikit peningkatan pengunjung maupun pedagang kaki lima di Malioboro setelah Idulfitri.

Dia mengungkapkan, setiap shift ada 13 personil Jogoboro yang berjaga di kawasan Malioboro.

“Kalau ada yang bergerombol diingatkan, kalau pengunjung nggak pakai masker juga kita tegur. Termasuk kalau ada motor yang parkir di tepi jalan, di situasi pandemi ini hanya boleh pukul 24.00-09.00 WIB,” ungkapnya.

Bangku-bangku di sekitar Jalan Malioboro pun telah diberi tanda dengan tali untuk mengatur pembatasan jarak. Setiap bangku hanya untuk satu orang.

Namun, Nurhadi mengakui tali yang dipasang tersebut belum layak karena masih bisa diduduki atau dirusak masyarakat. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved