Yogyakarta
Buka Kios Setelah Libur Lebaran, PKL Malioboro: Tak Ada Perubahan
Sebagian pertokoan dan para pedagang kaki lima (PKL) di sekitar kawasan Malioboro kembali membuka dagangan setelah meliburkan diri selama Idulfitri 14
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Sebagian pertokoan dan para pedagang kaki lima (PKL) di sekitar kawasan Malioboro kembali membuka dagangan setelah meliburkan diri selama Idulfitri 1441 H/2020 M.
Namun, pedagang kaki lima yang membuka toko terpantau tidak terlalu banyak. Menurut pengamatan Tribunjogja.com, sedikit ada penambahan dari situasi Covid-19 sebelumnya namun tidak seberapa.
Seorang pedagang kaki lima Malioboro yang juga anggota persatuan pelukis, perajin, pedagang kaki lima Malioboro-Ahmad Yani (Pemalni), Ilyas atau sering disapa Welly mengatakan jumlah kaki lima yang membuka kios belum sampai seperempat dari kondisi normal.
Welly sendiri baru membukan dagangan pada Selasa (26/5/2020) setelah sebelumnya meliburkan diri selama satu pekan.
• Wacana The New Normal Jadi Pertimbangan, Pertokoan Malioboro Mulai Buka Pekan Ini
“Libur seminggu sebelum lebaran. Karena barang kalau nggak dibuka bisa rusak. Walaupun tamu belum ada, sambil angin-anginan dibuka dulu,” ujar pria asal Sumatera Barat ini.
Dia mengklaim bahwa penurunan penjualan dagangannya sejak Covid-19 masuk ke Indonesia mencapai 95 persen.
“Setelah lebaran ini sedikit ada perubahan pengunjung. Tapi yang membeli nggak pengaruh. Sama saja, paling 1-2 orang yang membeli per hari,” ungkap pedagang tas, dompet, dan asesori itu.
Menurutnya, para pedagang atas inisiatif sendiri telah mengikuti imbauan pemerintah untuk bekerja dari rumah. Meskipun tidak diperintahkan.
“Inisiatif rakyat Jogja yang sudah mematuhi sendiri. Meskipun Jogja belum PSBB (pembatasan sosial berskala besar). Kita katanya akan menjadi daerah percontohan itu karena rakyatnya belum disuruh sudah patuh duluan,” bebernya.
• Malam Idulfitri, Jalan Malioboro hingga Titik Nol Kilometer Yogyakarta Padat Merayap
Selama ini, ungkap Welly, dia bersama istri dan seorang putranya dapat bertahan hidup karena bantuan sembako yang seringkali datang dari berbagai pihak.
Sementara, dirinya belum pernah merasakan bantuan sosial dari pemerintah.
“Ada yang menyumbang dari teman-teman pedagang, dari asosiasi lain. Semuanya sembako. Dari pemerintah belum dapat sama sekali,” tuturnya.
Dia pun menyayangkan ketiadaan bantuan dari pemerintah itu.
Menurutnya, pedagang kaki lima banyak yang sangat membutuhkan bantuan itu, namun tidak terdata.