Update Corona di DI Yogyakarta

Pelaku UMKM DIY Ingin Jangan Pukul Rata Pemberian Modal Usaha

Satu persatu pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di DIY mulai bangkit setelah hampir dua bulan tanpa ada pemasukan.

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
ilustrasi 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Miftahul Huda

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Satu persatu pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di DIY mulai bangkit setelah hampir dua bulan tanpa ada pemasukan.

Mereka mengaku sudah dua bulan mengalami kesulitan lantaran tidak adanya pasar yang menjanjikan.

Bahu membahu antar anggota UMKM pun dilakukan supaya perekonomian pelaku UMKM tersebut tetap jalan.

Ketua Forum Komunikasi (Forkom) UMKM Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Tuti Esti Utama menyampaikan, kondisi terpuruk dari 100 anggotanya di Kecamatan Minggir sudah dirasakan sejak pertengahan Maret.

Pemda DIY Siapkan Rp3,55 Miliar untuk Pulihkan Sektor UMKM

Mereka harus bertahan selama dua bulan terakhir.

Dari sekitar 100 anggota yang terdaftar di Forkom UMKM tersebut, hampir semuanya bisa dikatakan sulit bernapas sampai dua bulan.

Namun, mereka tetap berusaha dan memutar otak supaya pendapatannya tetap jalan meski di tengah Pandemi Covid-19.

Diantaranya, para pelaku UMKM bahu membahu saling membantu dalam pemasaran.

Misalnya, dari yang semula penjual aksesoris yang nol penghasilan selama pandemi, bisa diperbantukan pelaku UMKM lain.

"Untungnya masih bisa bahu membahu, yang paling laku apa, anggota lain ikut membantu menjualkan. Kalau tidak begitu ya bisa tidak makan," katanya, Kamis (21/5/2020).

Perubahan pasar untuk pelaku UMKM baru bisa dirasakan mulai awal Mei kemarin.

Menurutnya, bulan puasa banyak masyarakat membutuhkan makanan cepat saji dan juga minuman herbal.

BREAKING NEWS : Update Covid-19 DIY 21 Mei 2020, 2 Nakes RSUP Dr Sardjito Dinyatakan Positif

Momen tersebut dijadikan waktu yang tepat untuk menghidupkan kembali UMKM di DIY.

Meski beberapa UMKM lain yang bergerak di sektor aksesoris dan lainnya harus kembali bersabar.

"Tapi sebagian ya sudah beralih ke jenis usaha lain. Misalnya dari semula jualan aksesoris di masa pandemi ini kan nol penghasilan, mereka pindah ke jualan ayam, ramuan herbal dan yang paling dibutuhkan untuk saat ini," terang dia.

Padahal, lanjut dia, untuk para pelaku UMKM sendiri saat mendirikan usahanya tersebut membutuhkan banyak modal.

Ada yang harus jual barang berharga, ada pula yang meminjam modal melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Ia menganggap, saat ini hal yang dibutuhkan para pelaku UMKM adalah mobilitas pasar.

Selain itu, suntikan modal juga menjadi faktor utama yang diharapkan para pelaku UMKM.

Menanggapi rencana pemerintah pusat dan Pemda DIY dalam memberikan relaksasi dan Stimulus untuk pemulihan UMKM, perempuan yang akrab di sapa Tuti ini sangat menyambut baik.

Hanya saja, ia meminta supaya pemerintah tidak memukul rata bantuan modal yang nantinya akan diberikan kepada pelaku UMKM.

Komisi B DPRD Sarankan Pakai Dana Istimewa untuk Tambahan Anggaran Pemulihan UMKM di DIY

"Harus berdasarkan kondisi pelaku UMKM itu sendiri. Karena ada kriterianya kan, yang sehat, setengah sehat, dan hampir tidak beroperasi. Kalau modal diberikan ke UMKM yang sehat dipukul rata ya kurang sesuai menurut saya," urainya.

Ia berharap, pemerintah bisa bijaksana dalam menjalankan program tersebut.

Tuti tak ingin para pelaku UMKM malah justru merasa kecewa dan gaduh atas rencana stimulus yang hendak diberikan.

Menurutnya, bantuan harus diawasi betul-betul.

Tidak boleh berdasarkan faktor kedekatan dalam memberikan bantuan.

"Saya berharap itu bisa tepat sasaran dan bisa bermanfaat bagi yang benar-benar membutuhkan," jelas perempuan yang juga pengusaha minyak kelapa, Vicol ini.

Sementara itu, salah seorang pelaku usaha UMKM, Nanda juga menuturkan hal yang sama.

Ia mengatakan, bantuan stimulus sangat dibutuhkan untuk saat ini.

DiskopUMKMnakertrans Kota Yogya Bakal Sidak Penyaluran THR 2020

Namun, ada hal yang jauh lebih penting lagi dari sekedar stimulus.

Ia justru berharap, pemerintah segera memberikan pintu pasar bagi pelaku UMKM yang kapasitasnya belum termasuk skala besar.

Karena menurutnya, memang saat ini Pemda DIY telah bekerja sama dengan salah satu Ojok Online dalam hal pemasaran.

"Tapi itu kan harus melalui kurasi. Lah, kalau produk yang tak lolos kurasi seperti kami ini bagaiamana? Ada langkah apa?" Tegasnya.

Nanda merupakan produsen rendang jengkol dan rendang daging.

Menurutnya sangat sulit untuk bergabung dengan pemasaran yang diberlakukan pemda DIY tersebut.

"Syarat-syaratnya banyak. Misalnya harus berskala besar, punya kualitas yang sudah memenuhi standar dan lain-lain. Jadi sulit untuk kami masuk," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved