Pendidikan
Pakar Agroteknologi UMY: Pandemi Membuka Peluang Pendidikan Pertanian Berbasis IT
Seluruh bidang pendidikan diharuskan untuk beradaptasi dengan pemanfaatan teknologi informasi di tengah situasi pandemi. Tidak terkecuali pendidikan p
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL – Seluruh bidang pendidikan diharuskan untuk beradaptasi dengan pemanfaatan teknologi informasi di tengah situasi pandemi. Tidak terkecuali pendidikan pertanian yang notabene harus berkecimpung di lapangan secara langsung.
Dosen Agroteknologi Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Gatot Supangkat, mengatakan kondisi pandemi membuka peluang bagi para akademisi pertanian untuk mengembangkan distance learning atau pembelajaran jarak jauh.
“Kita terus berusaha menjadikan pertanian itu tuan rumah di rumah sendiri,” ujar Gatot dalam seminar daring bertajuk ‘Peran Mahasiswa Pertanian Selamatkan Pangan Indonesia’ yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (Himagro) Faperta UMY, Rabu (20/5/2020).
• Sahabat Farm Ajak Generasi Muda Menyukai Pertanian
Di sisi lain, kata dia, kondisi saat ini sekaligus juga memunculkan tanda tanya bagi pendidikan pertanian.
“Kalau pendidikan dilihat secara utuh, ada tiga aspek. Yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif. Apakah dengan distance learning ini mampu mencapai ketiganya? Pendidikan berbeda dengan pengajaran, pendidikan mencakup transfer of value (transfer nilai),” tuturnya.
Menurut Gatot, jika kondisi seperti ini terus berlanjut, maka diperlukan kreativitas untuk mencapai tujuan afektif pendidikan.
“Kalau kognitif dan psikomotorik bisa lah. Seperti teman-teman (mahasiswa) sekarang praktikumnya pakai video learning,” imbuhnya.
Gatot beranggapan, generasi milenial dengan sifatnya sebagai agen perubahan, inovator, dan promotor, mereka juga sangat adaptif. Mudah sekali beradaptasi.
“Transformasi pendidikan tadi (dengan pemanfaatan IT) kalau pada generasi milenial responnya akan bagus. Dia akan lebih tangguh dengan perubahan macam apa pun. Seperti sekarang ini kan teman-teman sangat mudah sekali (beradaptasi), saya kira nggak ada masalah,” bebernya.
Dalam kesempatan itu Gatot juga menyampaikan, perusahaan konsultan manajemen multinasional McKinsey memprediksi pada 2030 yang mampu menguasai tiga sektor akan menguasai semuanya.
• Pariwisata Lumpuh, Pelaku Wisata Gunungkidul Beralih ke Sektor Pertanian
Ketiga sektor itu di antaranya ekonomi konsumtif, pertanian dan perikanan, serta energi.
“Pertama, ekonomi konsumtif ini dipegang Cina dan Korea. Kedua, pertanian dan perikanan. Ini membanggakan kita, siapa yang nggak butuh pangan. Ketiga, energi. Yang kedua dan ketiga ini kita punya,” paparnya.
“Ini luar biasa. Saya berharap Anda masa depan Indonesia ini, nanti Anda lah yang mengelola,” sambung Gatot.
Pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu mengatakan para akademisi dan praktisi pertanian perlu terus mengembangkan sektor pertanian berbasis IT di tengah revolusi industri 4.0.
“Caranya dengan smart learning, smart human, smart marketing, dan smart farming,” pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)