Analisa Mendalam, Apa yang Terjadi Jika Merapi Meletus di Saat Pandemi Virus Corona?

Letusan Gunung Merapi dan Pandemi Virus Corona adalah sama-sama sumber bencana. Apa yang terjadi jika keduanya terjadi bersamaan?

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
twitter BPPTKG
Kondisi Gunung Merapi pada Selasa 17 Maret 2020 pagi yang terantau dari PGM Kaliurang. 

“Aktivitas vulkanik yang menonjol adalah hembusan gas vulkanik, kemudian muncul kubah lava baru yang menandai akhir dari satu siklus erupsi,” jelasnya.

“Kubah lava yang muncul pada fase akhir suatu siklus erupsi akan menutup pipa kepundan Gunung Merapi, sehingga sering disebut sumbat lava,” kata Pak Ban, sapaan akrabnya.

Fase pengisian dapur magma, menurut Subandriyo, muncul setelah terjadi letusan besar. Dapur magma terisi kembali (magma witdrawal). Proses pengisian dapur magma ini berlangsung antara tahun 2012-2014 yang ditandai oleh beberapa kali letusan freatik.

Letusan freatik terjadi akibat unsur volatil (gas vulkanik) yang panas bergerak ke permukaan berinteraksi dengan air tanah sehingga terbentuk tekanan uap secara mendadak.

Oleh karena pipa kepundan tersumbat kubah lava, maka terjadi akumulasi tekanan yang memicu letusan. Ciri utama letusan freatik adalah material yang dilontarkan tidak ada juvenil (material dari magma baru).

Fase migrasi magma, menurut peneliti yang bertahun-tahun “merawat Merapi ini, magma bergerak ke permukaan karena gaya apung, yaitu magma memiliki berat jenis yang lebih rendah dari batuan sekitarnya.

Magma menurutnya dalam bahasa teknis, terdorong ke atas untuk melawan tekanan litostatik.

Karena tekanan litostatik makin kecil ke arah vertikal, sementara makin ke atas mendekati permukaan, unsur volatil akan terlepas sehingga terbentuk tekanan berlebih (excess pressure).

Migrasi magma ke permukaan kata Subandriyo, akan menimbulkan retakan batuan sehingga banyak muncul gempa-gempa vulkanik.

Disamping itu, semakin banyak volume magma yang bermigrasi menimbulkan deformasi permukaan tubuh gunung.

Bahasa sederhanya, tubuh gunung akan membengkak atau menggembung. Fase erupsi magmatis selanjutnya menurut Subandriyo, diawali letusan-letusan minor, yang juga biasa disebut freatik karena kemungkinan terjadi interaksi dengan air tanah.

Letusan minor (freatik) pada fase ini terjadi secara beruntun, berbeda dengan letusan freatik pada fase pengisian dapur magma.

Di fase pengisian dapur magma, letusannya biasanya tunggal (single event). Setelah letusan-letusan minor mereda, pada 11 Agustus 2018 muncul kubah lava baru yang menandai sebagai erupsi magmatis pertama kali pasca erupsi besar 2010.

Pertumbuhan kubah lava berjalan lambat dengan laju kurang dari 3.000 meter kubik per hari.

Pertumbuhan kubah lava berlangsung hingga 2019 yang sering disertai awan panas kecil dengan jarak luncur kurang dari 2 kilometer ke arah Kali Gendol.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved