Pondok Tetirah Dzikir Bina Ratusan Pecandu Napza dan Orang Gangguan Jiwa

Saat ini ada 100 penyandang gangguan jiwa dan mantan pecandu napza yang menjalani rehabilitasi di Pondok Tetirah Dzikir.

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Maruti Asmaul Husna Subagio
Muhammad Tri Hardono mengimami salat zuhur para santri di Pondok Tetirah Dzikir. 

Kepada Tribunjogja.com, Tri Hardono menyampaikan ia memang biasa mengajak para santri untuk salat dengan cara yang lembut.

“Mayor Sersan Prabowo itu mantan tentara, tapi depresi. Itu memang nama aslinya,” jelas Tri.

Saat Tribunjogja.com menanyakan tentang dua kiai yang ikut dipanggil sebelum salat, Tri menjawab, “Ya, kiai juga bisa depresi loh. Kalau Kiai Syaifullah itu sekarang sudah bisa terkontrol,” tukasnya.

Cara Membuat Masker Kain Sederhana yang Bisa Dilakukan di Rumah

Saat ini, ada 100 penyandang gangguan jiwa dan mantan pecandu napza yang menjalani rehabilitasi di Pondok Tetirah Dzikir.

Sementara, sejak 2003 Tri aktif melakukan pembinaan kepada dua kalangan masyarakat tersebut, total sudah 250 orang yang terbina.

Sebagian dari mereka sudah pulih dan kembali ke masyarakat untuk melanjutkan kehidupannya.

Bahkan, tidak sedikit yang menikah dan membangun rumah tangga.

“Tapi, banyak juga yang setelah pulih memilih mengabdi di sini. Mereka menjadi relawan untuk melayani teman-temannya, semisal memandikan para santri hingga membersihkan lingkungan pondok,” jelas Tri.

Tri menjelaskan ada 10 relawan yang kini membantu dirinya melayani para santri.

Namun, jumlah itu menurut Tri masih sangat kurang.

“Hanya satu banding sepuluh. Apalagi kami menangani orang-orang yang bermasalah dalam tanda kutip. Mereka (para relawan) juga bukan tenaga profesional,” tutur Tri.

Titik balik hidup Muhammad Tri Hardono terjadi setelah dirinya lulus dari perguruan tinggi.

Alumnus Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya UGM angkatan 1988 itu pernah mengalami depresi selama dua tahun.

“Usia 27-29 itu titik terendahnya. Saya mengalami kegagalan bertubi-tubi untuk memasuki dunia kerja. Sementara, pola pikir di masyarakat kan kalau sudah sekolah SD sampai SMA, lalu lanjut ke perguruan tinggi, seharusnya langsung kerja. Sering mengalami paranoid hingga halusinasi. Sampai pilihannya bunuh diri atau hidup gila,” kata Tri.

Namun, suatu ketika secercah harapan datang kepada Tri.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved