Sleman

Cerita Warga Sleman yang Diobservasi di Natuna: Timbul Ikatan yang Erat antar WNI

Di luar kasus corona ini, atau sebelun kasus ini, ia menyebut bahwa antusias mahasiswa untuk menempuh pendidik di Tiongkok semakin besar.

Penulis: Santo Ari | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Tiga warga DIY yang merupakan peserta observasi di Natuna, Kepulauan Riau tiba di Bandara Adisutjipto Yogyakarta, Sabtu (16/2) pukul 20.40 WIB dengan menggunakan pesawat Batik Air.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman Joko Hastaryo, menjelaskan bahwa dua diantaranya merupakan warga Kabupaten Sleman.

Masing-masing beralamat di Desa Caturtunggal dan Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok.

Salah satu peserta observasi virus Corona tersebut diketahui bernama Nugraha Krisdiyanta (46), warga Desa Maguwoharjo, Depok. Keseharian, Nugraha berprofesi sebagai dosen di salah satu institusi pendidikan bahasa asing di Yogyakarta.

Saat mewabahnya virus corona di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, ia sedang menempuh jenjang S3 Pendidikan Linguistik di Central China Normal University, dan sedang menjalani semester akhir. 

Pasien Virus Corona di Thailand Bertambah, Akankah MotoGP Thailand 2020 Dibatalkan Bulan Depan?

Setelah dipulangkan oleh pemerintah Indonesia, ia menjalani observasi selama 14 hari di Natuna bersama 237 peserta lain.

Saat dihubungi wartawan, Nugraha menuturkan pengalaman menjalani observasi selama dua pekan di Natuna.

Meski belum lama saling kenal dengan peserta lainnya, namun diakuinya timbul ikatan kekerabatan yang sangat erat di antara mereka.

Meski sudah pulang ke rumah masing-masing, komunikasi mereka tetap terjalin.

Bahkan mereka sudah ada rencana  untuk mengadakan reuni.

"Kami ada grup WA. Anggotanya termasuk personel TNI yang melakukan penjemputan di Wuhan," terangnya.

Ia menceritakan,  aktivitasnya dan rekan-rekannya berjalan seperti biasa selama di Natuna.

Namun demikian, ada jadwal kegiatan yang wajib mereka ikuti.

Seperti, setiap pukul 09.30 WIB, mereka diharuskan mengecek suhu tubuh.

Selain itu, tiap pagi dan sore ada jadwal olahraga dengan durasi satu jam.

Asupan gizi mereka pun sangat diperhatikan.

Selepas jadwal tersebut, hari-hari diisi dengan bercengkerama dan bersantai.

Sering kali diisi dengan main kartu, karaoke, atau ping pong.

"Makanannya enak, dibuat 4 sehat 5 sempurna. Setiap hari juga dikasih multivitamin," ceritanya.

Bapak dua anak ini mengaku bahagia sudah bisa berkumpul bersama keluarga.

Terlebih lingkungan sekitar tempat tinggalnya juga menerima kedatangannya dengan baik.

Dinkes DIY : Jangan Kucilkan Warga yang Pulang dari Pulau Natuna Pasca Observasi Virus Corona

Di balik serangan wabah Corona di Wuhan, terselip beberapa pengalaman berkesan bagi Nugraha.

Seakan tak takut terpapar,  ia dan teman-temannya justru memanfaatkan sepinya kondisi kota dengan tidur santai di jalan raya.

Karena menurutnya,  hal itu kontras dengan kondisi lalu lintas Kota Wuhan yang sehari-harinya padat.

Sementara menanggapi maraknya wabah virus Corona, ia berharap pemerintah Cina bisa segera mengatasi.

Ia pun merasa yakin bahwa wabah ini bisa teratasi.

"Saya yakin pemerintah Tiongkok mampu mengatasi. Selama ini, mereka sudah berusaha dengan keras," ucapnya.

Sementara itu banyaknya warga Indonesia yang menempuh pendidikan di Cina disebut I Made Andi Arsana, Ketua Office of International Affairs UGM sebagai hal yang wajar.

Di luar kasus corona ini, atau sebelun kasus ini, ia menyebut bahwa antusias mahasiswa untuk menempuh pendidik di Tiongkok semakin besar.

Hal itu dikarenakan kemajuan Cina dalam hal ilmu pengatahuan saat ini progresnya sangat tinggi.

"Cina berhasil menyediakan fasilitas research yang baik dan mendatangkan profesor-profesor terbaik ke sana. Kan ada dua inti dari pendidikan, lingkungan pendidikan yang baik dan pendidik yang baik," tuturnya.

Rencana Pemulangan Warga Observasi Corona, Pemkot Yogya Cek Validitas Data

Bicara fasilitas pendidikan di Cina hari ini, itu tidak kalah atau bahkan lebih maju dari pada di Amerika.

Ia mengatakan bahwa profesor yang dulu berkembang di Amerika pergi ke Cina karena suasana research baik dan belum lagi kalau bicara gaji yang menggiurkan di sana.

"Kita semakin sadar bahwa Cina adalah tempat yang sangat menarik untuk belajar politik dan ekonomi. Dengan sekolah di Cina itu berarti kita sekolah di tempat yang ada pergolakan politik dan ekonomi, sekaligus perkembangan teknologi," imbuhnya.

Jika soal bahasa, ia menganalogikan dengan kondisi masyarakat Indonesia yang belajar bahasa Inggris karena tuntutan perkembangan informasi dan keinginan untuk bersekolah di luar negeri.

"Sekarang situasinya dibalik, ketika orang ingin belajar di cina, maka anak muda akan tertarik belajar bahasa mandarin," tuturnya.

Semua hal itu ditambah dengan banyaknya beasiswa yang ditawarkan di semua universitas dan jurusan di Cina, sehingga kesempatan belajar di sana semakin besar.

"Kenyataannya semakin banyak mahasiswa Indonesia yang belajar di Cina," tutupnya.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved