Yogyakarta
GKR Hemas Soroti Adanya Tindak Kekerasan Jalanan dan Paham Radikalisme pada Anak SMA dan SMK
GKR Hemas juga menegaskan bahwa kita di sini boleh berbeda-beda asal orangtuanya, berbeda sukunya, berbeda bahasanya, tetapi tetap satu di dalam Bangs
Penulis: Andreas Desca | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribunjogja.com, Andreas Desca Budi Gunawan
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gusti Kanjeng Ratu Hemas saat memberikan materi dalam acara Sosialisasi Pancasila yang dihadiri sejumlah pelajar SMK dan SMA di Kraton Kilen, Sabtu (8/2/2020) menyoroti beberapa permasalahan yang akhir-akhir ini muncul di Yogyakarta.
Dia memaparkan bahwa ditingkat nasional, Yogya selalu menjadi perhatian karena kepandaian dan prestasinya, baik di bidang akademik maupun di bidang ekstra kurikuler, bagaimana nilai Ujian Nasional yang begitu tinggi, bagaimana prestasi dalam bidang robotik dan dalam bidang penulisan karya ilmiah.
"Itu semua menjadi sebuah kebanggaan bagi saya," katanya.
Sayangnya, belakangan ini selalu juga ada cerita yang berbeda tentang siswa di Yogya.
"Ada kekerasan di jalan, ada genk motor, ada tawuran, semuanya harus benar-benar kita hilangkan. Saya harapkan semua yang di sini bisa berpartisipasi untuk membuat semua hal negatif hilang sama sekali dari Yogya. Ingat, Yogya selalu istimewa," jelasnya.
• GKR Hemas Sebut Calon Independen dalam Pilkada itu Penting
Diapun melanjutkan bahwa perhatiannya kepada siswa juga yang membuatnya harus kembali menekankan pentingnya Pancasila.
"Ini tentunya sejalan dengan Undang-Undang Dasar 1945, Prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan juga Bhinneka Tunggal Ika," tegasnya.
GKR Hemas juga menegaskan bahwa kita di sini boleh berbeda-beda asal orangtuanya, berbeda sukunya, berbeda bahasanya, tetapi tetap satu di dalam Bangsa Indonesia.
Diapun mengatakan bahwa prinsip Pancasila yang kita punya juga sudah sangat bagus sehingga banyak menarik negara lain untuk ikut mempelajarinya.
"Seorang Peneliti, Professor Katrin Mac Gregor membuat penelitian tentang peran Pancasila di Era Reformasi ini. Sementara Professor Karel Stenbrink dari Belanda melihat secara lebih detail tentang bagaimana Pancasila terkait dengan kehidupan beragama di Indonesia," paparnya.
Lebih lanjut lagi, GKR Hemas menyoroti tentang Sila pertama dalam Pancasila, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa.
Hal tersebut pun dia kaitkan dengan Radikalisme yang mulai menyelimuti anak-anak SMK maupun SMA akhir-akhir ini.
"Saya agak prihatin ketika mengetahui bahwa ada sekitar 52% dari siswa SMA dan SMK yang mulai terpapar radikalisme. Begitu kata Menteri Agama kita," katanya.
• GKR Hemas : Kehadiran Calon Independen Tanda Demokrasi Berjalan di Pilkada 2020
Lanjutnya, agak membingungkan mengapa ada siswa yang merasa beragama Islam tetapi menolak Bhinneka Tunggal Ika, ketika kita mengetahui banyak ulama besar di Indonesia tidak pernah bermasalah dengan ide ini.