Yogyakarta
GKR Hemas Soroti Adanya Tindak Kekerasan Jalanan dan Paham Radikalisme pada Anak SMA dan SMK
GKR Hemas juga menegaskan bahwa kita di sini boleh berbeda-beda asal orangtuanya, berbeda sukunya, berbeda bahasanya, tetapi tetap satu di dalam Bangs
Penulis: Andreas Desca | Editor: Ari Nugroho
"Ditambah dengan sikap yang suka mengkafir-kafirkan orang lain, yang tidak sekelompok dengannya, tentu sangat bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri, dan hal ini sangat menggelisahkan," katanya.
Dia pun sempat menjelaskan bahwa banyak ulama dari agama Islam yang berperan besar dalam pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ulama-ulama besar tersebut termasuk Ki Bagus Hadikusumo Ketua Muhammadiyah dan juga Kiai Haji Wahid Hasyim tokoh dari Nahdatul Ulama.
"Beliau berdua bukan ulama abal-abal, bukan ulama kacangan, tetapi Ulama besar yang menguasai berbagai macam ilmu dalam agama Islam, dan kesemuanya mendukung berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia dan juga Pancasila," jelasnya.
• Tolak Radikalisme, Komunisme dan Terorisme Dengan Menjaga Ukhuwah Islamiyah
Dia pun melanjutkan, ia yakin bahwa para pelajar semua sudah mampu berpikir secara mandiri, sudah bisa melakukan penelitian, sudah bisa membedakan yang baik dan yang buruk.
"Maka gunakanlah akal dan pikiran secara cermat, cari data sebanyak-banyaknya, belajarlah dari banyak guru agama, ustad, dan kiai yang terkenal, terutama dari NU dan Muhammadiyah," katanya.
Diakhir pemaparannya, GKR Hemas pun berharap pada seluruh siswa-siswi bahwa kita bisa bersama-sama membangun negeri ini, bisa membangun Indonesia, bisa membangun Yogya, sehingga bisa selalu aman, damai, tentram, maju dan sejahtera, tentunya dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. (TRIBUNJOGJA.COM)