Memahami Konflik Libya : Mesir dan Saudi Cegah Bercokolnya Ikhwanul Muslimin di Libya
Mesir di tangan Presiden Abdullah Al Sisi, muncul sebagai pemerintahan militer yang kuat yang sukses merepresi kelompok Ikhwanul Muslimin
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM – Gerakan Turki masuk Libya ini menurut Kevork Almassian dari Syria Analysis, langsung direspon Mesir, yang melihat motifnya secara geopolitik dan sudut pandang ideologis.
Mesir di tangan Presiden Abdullah Al Sisi, muncul sebagai pemerintahan militer yang kuat yang sukses merepresi kelompok Ikhwanul Muslimin. Organisasi politik Islam ini pernah sesaat berkuasa di negara itu.

• Memahami Konflik Libya : Khadaffi Didongkel Gara-gara Minyak dan Ide Dinar Jadi Alat Transaksi Migas
Mohammad Morsi (alm), Presiden Mesir yang terpilih lewat Pemilu, digulingkan Al Sisi yang waktu itu memimpin militer. Turki merupakan pendukung utama Morsi. Dalam konteks inilah, Mesir dan Turki saling berhadapan di Libya.
IM kini telah dinyatakan sebagai kelompok teroris di Mesir, Suriah, dan Arab Saudi. Menghadapi Turki di Libya, berarti langkah menahan meluasnya pengaruh IM yang bisa merembes kembali ke Mesir dan membahayakan negara itu.
• Dua Penguasa Libya yang Berseteru Siap Bernegosiasi di Moskow
Lantas di mana posisi Saudi Arabia dalam peta konflik Libya? Sama seperti Mesir, Saudi mendukung LNA Haftar, guna mencegah meluasnya pengaruh IM dan Turki di kawasan Timur Tengah serta Afrika Utara.
Dalam situasi yang rumit ini, Saudi diam-diam membuka kontak ke pemerintah Bashar Assad yang bertahun-tahun hendak mereka gulingkan. Riyadh berkepentingan menahan IM sebagai pengusung ideologi kekhalifahan yang bisa membahayakan eksistensi dinasti Al-Saud.
• Jenderal Haftar Klaim Tembak Jatuh Pesawat Turki, Libya di Ujung Perang Besar Jilid 2
Baru-baru ini, surat kabar Suriah Al-Watan melaporkan perwakilan permanen Suriah untuk PBB, Dr Bashar al-Jaafari hadir pada acara khusus yang diselenggarakan Duta Besar Saudi di PBB.
Ini mengindikasikan Riyadh di tangan Putra mahkota Pangeran Mohammad bin Salman, hendak mengulurkan tangannya ke Damaskus setelah 9 tahun bermusuhan dan turut andil dalam usaha penghancuran Suriah.
Riyadh ingin meminimalkan ekspansi politik Turki, yang semakin galak ke Saudi menyusul pembunuhan kolumnis media Washington Post, Jamal Khassogi di Istanbul. Turki menemukan jejak kuat keterlibatan Pangeran Mohammad di kasus ini.
• Mengenal Libya, Permata dari Afrika Utara dan Khadafi yang Dijungkalkan
Sedangkan posisi Rusia yang cukup menentukan, kemungkinan Moskow melihat peluang ekonomi, atas minyak dan posisi Libya di jalur perdagangan strategis Laut Tengah. Rusia dan Turki juga belum lama meresmikan kerjasama ekonomi strategis lewat TurkStream.
Ankara juga memborong sistem rudal pertahanan udara S-400 dari Rusia, dan kemungkinan membeli jet tempur siluman Sukhoi Su-35 sebagai ganti batalnya belanja jet tempur F-35 dari pabrikan Amerika.
Prospek perdamaian Libya terlihat masih agak suram, meski kedua pihak yang bersaing optimistis akan dicapai titik temu. Haftar dan Sarraj, meski hadir di Berlin, keduanya tidak bertemu muka.
"Setelah konferensi Berlin kami sangat optimistis pihak lain akan mengikuti perjanjian," kata Fayes Sarraj, pemimpin GNA dikutip Aljazeera.com.
Dewan Keamanan PBB lewat sidangnya menyepakati pembentukan Komisi Militer 5+5 untuk proses perdamaian Libya.
“Anggota Dewan Keamanan mendesak semua pihak di Libya terlibat secara konstruktif di Komisi Militer 5+5, untuk menyelesaikan perjanjian gencatan senjata secepat mungkin," kata Ketua Dewan Keamanan PBB, Dang Dinh Quy.