Dua Penguasa Libya yang Berseteru Siap Bernegosiasi di Moskow

Pemimpin Libyan National Army (LNA), Marshal Khalifa Haftar, telah berada di Moskow, Rusia, guna bertemu seterunya

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
NET
Khalifa Haftar 

TRIBUNJOGJA.COM, MOSKOW - Pemimpin Libyan National Army (LNA), Marshal Khalifa Haftar, telah berada di Moskow, Rusia, guna bertemu seterunya, Perdana Menteri Government of National Accord (GNA), Fayez Sarraj.

Sarraj akan tiba Senin (13/1/2020) pagi ini di Moskow.

Perundingan kedua tokoh yang membelah Libya itu disponsori Rusia.

Mengenal Libya, Permata dari Afrika Utara dan Khadafi yang Dijungkalkan

Beberapa hari sebelumnya, Rusia dan Turki menyerukan gencatan senjata di Libya mulai 12 Januari 2020.

Haftar merupakan tokoh kuat Libya yang memiliki kekuatan militer besar dan disokong secara politik oleh Rusia, Mesir, dan Uni Emirat Arab.

Sedangkan Sarraj yang memimpin GNA, secara defacto diakui pemimpin Libya yang sah.

Turki merupakan negara yang terang-terangan mendukung GNA. Libya jatuh ke perang saudara sejak terjungkalnya Moammar Khadaffy hampir 10 tahun lalu.

Sniper Daesh Hunter Diduga Tembak Tiga Pimpinan ISIS di Libya

Khadaffi yang memimpin Libya sejak 1969 terjungkal.

Ia tertangkap saat hendak melarikan diri dari Tripoli, disiksa dan akhirnya ditembak mati milisi Sirte yang menangkapnya.

Negara itu akhirnya terbagi-bagi dalam wilayah yang dikuasai beberapa kelompok bersenjata. Haftar dan Sarraj merupakan dua tokoh dari dua kelompok terbesar.

Sisanya kelompok-kelompok kecil yang berkuasa di sejumlah wilayah, termasuk ISIS dan kelompok tribal di gurun pasir selatan Libya berbatasan dengan Chad.

Iran Siap Tembakkan Ribuan Rudal jika AS Membalas Serangan

Saat ini, pasukan Haftar mengepung Tripoli, wilayah kekuasaan GNA. Mereka sudah merebut sejumlah distrik menentukan di sekitar ibukota Libya semasa Khadaffi itu.

Khalifa Haftar bahkan menyerukan perang jihad melawan pasukan Turki yang diterjunkan di Libya. Perang besar jilid dua pun membayangi Libya jika pasukan Turki benar-benar terlibat perang darat.

GNA memiliki basis di Tripoli, bekas ibukota Libya. Sementara LNA yang memiliki pasukan cukup kuat, menguasai kota Tobruk.

"Kami menyatakan jihad dan mobilisasi umum untuk melawan invasi Turki," kata Haftar dalam pernyataannya, Jumat (3/1/2020).

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved