Sleman
Dinkes Sleman Secara Periodik Ambil Serum Warga yang Daerahnya Pernah Terjangkit Antraks
Kasus antraks terakhir adalah di 2003 di mana ada seekor sapi yang mati di Hargobinangun, Pakem, Sleman. Namun kasus tersebut tidak sampai menyerang w
Penulis: Santo Ari | Editor: Ari Nugroho
Jika dari dinkes melakukan surveilans ke warga yang daerahnya pernah ada kasus ternak yang mati karena antraks, maka DP3 melakukan monitoring tanah dan kawasan di lokasi yang sama.
Harjanto, Kabid pertenakan dan Kesehatan Hewan dari Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Sleman mengatakan ketika suatu daerah pernah positif terkena antraks, maka tanah di daerah tersebut tidak boleh dimanfaatkan untuk keperluan apapun.
Meski ternak yang mati telah dikubur namun tetap saja ada bahaya sisa bakteri yang akan menjadi spora.
"Bakteri itu ketika terkena udara akan membentuk spora. Spora itu bisa bertahan sampai 60 tahun, karena tahan terhadap lingkungan," ujarnya.
Dari kasus yang ia pelajari, pernah ada riwayat, warga memanfaatkan bekas tanah antraks untuk budidaya tomat.
Yang terjadi adalah bakteri antraks itu masuk ke dalam tomat.
Maka dari itu pihaknya secara periodik melakukan uji petik lokasi yang pernah terjangkit antraks.
Terkhusus dengan kasus antraks yang ada di Gunungkidul, pihaknya mengimbau agar masyarakat tidak mengambil ternak dari Gunungkidul, khususnya di daerah yang terkena antraks.
"Mestinya dinas terkait setempat juga tidak memperbolehkan adanya ternak yang keluar. Yang juga ditingkatkan adalah kewaspadaan dengan mobilitas orang atau kendaraan di sana. Karena tanah yang terpapar antraks bisa berpindah ketika menempel ke ban, misalnya," urainya.
Sementara untuk warga Sleman, ia mengimbau ketika ada ternak mati mendadak untuk langsung melapor ke puskeswan agar bisa segera dilakukan tindakan.(TRIBUNJOGJA.COM)