Viral Kisah Pilu Masa Kecil Seorang Anak, Tak Punya TV hingga Ditinggal Kabur Orangtua dan Dibully

Kisah emosional memang banyak menguras airmata dan menarik perhatian. Di platform manapun, kisah sedih mampu menarik banyak pembaca untuk bersimpati

Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Rina Eviana
www.tempo.co
Ilustrasi 

"Bagi saya ini besar, karena saya juga naik angkutan umum ke sekolah Rp 2000 pulang dan pergi," terangnya.

Tak berhenti sampai situ, penderitaan anonim ini berlanjut ketika kakak sepupunya pura-pura lupa untuk menyalakan TV-nya.

Sebagai anak kecil, ia juga tidak berani untuk menyalakan TV tersebut. Hingga kemudian waktu tayang Meteor Garden tinggal 15 menit lagi.

"Anak kakak sepupu saya juga cukup hiperaktif, jadi kadang saya nonton sambil dipukuli, dijambak dan kacamata saya dibanting. Pokoknya melelahkan hanya untuk menonton selama satu jam. Kalau saya tidak punya uang, saya harus mencium kaki kakak saya agar dapat nonton gratis," ucap anonim itu.

Kisah pilu itu berlanjut. Anonim menambahkan cerita kedua ketika dirinya sudah beranjak remaja.

Saat itu, ia duduk di bangku SMA dan kondisi perekonomian tak kunjung membaik.

Viral Medsos, Kisah Sedih Masa Kecil Seorang Anak, Tak Punya TV hingga Ditinggal Kabur Orangtua
Viral Medsos, Kisah Sedih Masa Kecil Seorang Anak, Tak Punya TV hingga Ditinggal Kabur Orangtua (twitter.com/bonkymilitia)

"Saya dan orangtua tinggal bersama om dan tante di rumah peninggalan kakek. Rumah itu hanya memiliki satu kamar mandi untuk dua keluarga," tuturnya. Menurutnya, sang paman adalah orang terjahat yang pernah ia temui.

Sebab, ketika ia mandi, terkadang om tersebut kerap mendobrak pintu kamar mandinya dengan dalih tak kuasa menahan pipis.

Ia pun sering mengolok-olok anonim bahwa tidak akan ada laki-laki yang menyukai dirinya sembari melihat tubuh telanjangnya itu.

"Saat itu, saya sangat takut mandi dan saya mandi selalu tengah malam saat semua orang tidur. Semua orang di rumah tak ada yang berani menegurnya dan saya terlalu tolol untuk diam saja," paparnya menyalahkan diri sendiri.

Kisah ketiga ada saat anonim berada di bangku kelas 3 SMA. Sang ibu kabur demi pacarnya yang lebih muda dan meninggalkannya bersama dua adik. Sang ayah telah tiada ketika dirinya SMP.

Tentu, perilaku omnya semakin menjadi. Ia pun mencabut saluran listrik ke kamarnya demi menghemat pengeluaran.

"Saya tidak mampu bayar patungan listrik. Jadi, ketika saya menghadapi ujian nasional, saya hanya punya waktu belajar di siang hari. Saya juga tidak bisa makan dan selalu berjalan kaki ke sekolah karena tidak ada uang saku," jelasnya.

Penulis pun kembali mengingat hal sedih apa yang pernah ia rasakan ketika masa kecil, khususnya saat duduk di bangku SD.

Ia menceritakan, tak ada satupun guru yang membelanya ketika ia terkena perundungan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved