Sleman

Debet Air di Dusun Kikis Tersedot ke Sumur Wilayah Sebelah

Wacana zero dropping air di Kecamatan Prambanan masih belum bisa terlaksana pada tahun ini.

Penulis: Santo Ari | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
Berita Sleman 

Melalui OPA ini, masyarakat cukup membayar Rp 8ribu per meter kubik air.

"Dengan OPA ini dapat melatih masyarakat untuk tidak menggantungkan masalah air ini ke pemerintah. Namun karena biaya operasional OPA yang besar, kami berharap lebih banyak masyarakat menjadi konsumen OPA sehingga sistem ini bisa terus berjalan.

"Masyarakat dapat ikut memelihara dan semua bisa menikmati air, bisa menggunakan dan tidak ada kekurangan," imbuhnya.

Pasca-Lebaran, Harga Cabai Merah di Pasar Tradisional Sleman Melonjak

Sementara itu Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Makwan mengatakan, sejak Mei wilayah Sleman sudah memasuki musim kemarau.

Namun persedian air yang tertampung dari musim hujan kemarin masih ada.

"Puncaknya nanti di Agustus. Kalau di Kikis itu persoalannya menejemen air saja, di situ sudah ada pompa, tapi belum maksimal," ungkapnya.

Sejauh ini masyarakat masih bisa secara mandiri untuk menyiapkan kebutuhan airnya.

Namun seandainya sudah ada permintaan resmi, pihaknya akan merespons sesuai budget yang ada.

Di tahun ini pihaknya menganggarkan 75 tangki air, di mana angka tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 110 tangki.

Sebanyak 110 tangki tersebut untuk mencukupi kebutuhan air untuk 64 KK atau 1023 jiwa di wilayah Kecamatan Prambanan dan Moyudan.

"Untuk tahun ini kita siapkan 75 tangki air, itu sangat mencukupi, karena lokasinya (yang krisis air) hanya di Kikis saja. Lokasi yang lain sudah dicukupi dengan jaringan air bersih yang sudah ada," tuturnya.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved