Yogyakarta
Warga Keluhkan Soal Sampah Akibat TPST Piyungan Ditutup
Dump truk yang akan membuang sampah dilarang masuk. Akibatnya, Depo sampah di desa menumpuk. Warga mengeluh.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Ari Nugroho
"Ada tuntutan warga yang harus dipenuhi supaya truk bisa membuang sampah di tempat pembuangan," kata Maryono, Ketua Komunitas Pemulung Makaryo Adi Ngayogyakarto (Mardiko). Ia didaulat oleh rekan-rekannya untuk menjadi juru bicara warga.
Ada sejumlah tuntutan, atas nama warga yang dikatakan oleh Maryono.
Antara lain pengelolaan sampah di TPST Piyungan harus dikelola dengan baik.
Sehingga tidak menimbulkan antrean panjang. Kata dia, ketika sedang padat, antrean dump truk yang mengangkut sampah bisa mengular sampai satu kilometer.
"Kondisi ini sangat menggangu aktivitas warga," tuturnya.
Terlebih, lanjut Maryono, dump truk yang setiap hari lalu lalang mengangkut sampah mengakibatkan jalan perkampungan rusak.
"Kami minta jalan becek dibenahi. Dari bawah sampai atas," katanya.
Jalan bawah sampai atas yang dimaksud oleh Maryono adalah jalan kampung sepanjang satu kilometer lebih. Jalan tersebut, seperti kata Maryono, becek dan banyak berlubang.
Bahkan kondisi di dalam TPST Piyungan-- dekat dermaga pembuangan sampah-- kondisinya banyak dipenuhi lumpur dan sampah.
Baca: Duduk Perkara di TPST Piyungan
Maryono minta jalan tersebut diberi penerangan lampu dan khusus untuk jalan didalam--dekat lokasi pembuangan sampah-- di talut. Ia menyebutnya dengan talutisasi.
"Kalau nggak ditalut. Limbah masuk ke pemukiman warga. Kami minta diperbaiki,"
Dalam poin tuntutan warga, salah satunya juga minta adanya dana kompensasi.
Sejak awal TPST Piyungan beroperasi, menurut Maryono tidak ada dana kompensasi bagi warga terdampak.
Ia minta ada dana kompensasi perkepala Keluarga (KK).
Selain itu, untuk mengurai antrean panjang. Warga meminta kepada pengelola supaya Dermaga pembongkaran dilebarkan sehingga proses bongkar sampah dari dalam truk bisa lancar dan cepat.