Lansia Tangguh di Lereng Merapi, Pikul Beban Puluhan Kilogram Meniti Jalur Terjal Berkelok

Mbah Prono Tukinem namanya. Ia warga Dusun Balerante, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang. Dusun ini letaknya di sisi tenggara Gunung Merapi

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumarga
Mbah Prono Tukinem namanya. Ia warga Dusun Balerante, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang. Dusun ini letaknya di sisi tenggara Gunung Merapi. 

Jarak menuju ke lokasi mugut Mbah Prono setelah turunan ke dasar Kali Talang, lalu menanjak terjal, berkelok-kelok, sampai bertemu dataran, sebelum menanjak berkelok-kelok lagi.

Jarak dari spot wisata Kali Talang ke lokasi ini sekitar 1,5 kilometer. Namun terjal dan sempitnya jalan setapak, perjalanan ini sangat menguras tenaga.

Kisah Pejuang Lingkungan dari Magelang yang Hidupkan Lagi Ratusan Mata Air di Lereng Merapi

Napas bisa tersengal-sengal, megap-megap, jantung bekerja jauh lebih keras dari normalnya. Otot paha terasa pegal dan lutut lemas setelah meniti tiga tanjakan nyaris tanpa bonus jalan datar.

Tidak takut Merapi sedang aktif? “Sudah biasa Mas. Buat warga sini, tidak ada pilihan, yang penting selalu waspada dan memperhatikan gunungnya,” kata Mbah Prono Tukinem menjelang sampai lokasi mugut.

“Kalau gunungnya ngebul, ya kita tidak ke sini,” lanjutnya berusaha menjelaskan situasi jika ada awan panas atau guguran material di puncak Merapi.

Penampakan Puncak Gunung Merapi Seusai Luncurkan Awan Panas dan Mengenali Karakteristiknya

“Pagi ini sepertinya anteng itu,” ujar Mbah Prono seraya mengacungkan sabitnya ke arah puncak gunung di utara.

Cericit suara burung dan kicauan burung tengkek menyambut kedatangan Mbah Prono di lahan yang hendak ia ambil rumputnya. Bunyi kesiur angin sesekali menderu dari arah jurang Kali Woro.

Rupanya di sekitar lokasi sudah ada dua warga lain sedang memotong rumput liar setinggi dada orang dewasa. Lahan ini dulunya, sebelum erupsi 2010, bervegetasi pohon pinus cukup rapat.

Kisah Lansia di Kulonprogo Tiap Hari Ngonthel Belasan Kilometer Antar Anaknya yang Down Syndrome

Tapi terjangan awan panas meluluhlantakkan lereng-lereng perbukitan di kiri kanan Kali Woro. Sebagian material awan piroklastika Merapi menggasak kawasan ini, selain menghanguskan di jalur Kali Gendol di sebelah barat.

Sesudah 2010, lahan berubah total. Hanya ada tanaman perdu, rumput liar, dan pepohonan kecil-kecil yang juga tumbuh liar. Tidak ada lagi pinus dan tanaman keras lainnya.

Mbah Prono langsung sigap memotong rumput, merapikannya, menata satu demi satu ikatan. Tumpukan rumput yang telah dipotong dan dipangkas bagian batang akarnya itu ditata rapi.

Tangan Mbah Prono sangat tangkas. Hanya dalam waktu sekitar 15 menit, rumput yang dipotongnya sudah menggunung. "Namanya rumput tebe. Ada juga yang nyebut rumput mawur," jelasnya.

Kisah Mbah Lasiyo Syaifudin, Sang Profesor Pisang dari Bantul yang Berbagi Ilmu hingga Italia

Ia menata ulang dan menyatukan rumput itu dalam satu ikatan besar. Orang Jawa menyebutnya “mbongkoki”. Saat coba diangkat, bobot ikatan rumput itu lebih kurang 50 kilogram.

Nyaris tanpa pernah istirahat, menggunakan tali selendangnya, Mbah Prono menggendong “bongkokan” rumput itu ke tepi jalan setapak.

Ikatan besar rumput itu diturunkannya perlahan dari gendongan. Tanpa bantuan siapa-siapa, ia berjongkok, memindahkan tumpuan ikatan rumput itu ke kepalanya.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved