Yogyakarta

Keraton Yogyakarta Terus Berupaya Kembalikan Naskah Kuno Asal Yogyakarta

Keraton Yogyakarta terus berupaya mengembalikan berbagai naskah atau manuskrip kuno milik asal Yogyakarta.

Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Gaya Lufityanti
Tribun Jogja/Hamim Thohari
Keraton Yogyakarta 

Satu di antara bentuk keberhasilan dari upaya tersebut ialah dengan dikembalikannya 75 naskah kuno milik Keraton Yogyakarta berupa digital oleh British Library, Inggris.

Baca: 75 Manuskrip Kuno Keraton Yogyakarta Mulai Didigitalisasi

Lobi dan proses yang membutuhkan waktu lima tahunan ini diharapkan bisa diterapkan kembali ke depannya, baik oleh Keraton Yogyakarta maupun oleh daerah lain di Indonesia.

“Entah bentuknya asli dikembalikan, berupa fotokopian, bentuk digital atau apapun, yang penting kami tahu naskah-naskah itu kami dapat kembali. Karena sampai saat ini sepertinya masih susah untuk dikembalikan semuanya, saya lalu berpikiran, bagaimana kalau kita tulis kembali saja. Dari pada belum tentu yang asli kembali, kenapa tidak ditulis kembali saja, toh tenaga ada dan bisa,” jelas Ngarsa Dalem.

Dalam acara yang diadakan oleh Kawedanan Hageng Panitrapura ini, Sri Sultan pun menuturkan, selain 75 naskah digital, British Library juga mengembalikan 21 naskah kuno berupa mikrofilm dan naskah-naskah pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono II.

Hal ini dianggap beliau sebagai awal yang baik dan menjadi momentum untuk ada tindak lanjut lebih, dari setiap perjanjian antara Indonesia dengan negara manapun.

Sultan menyebut, naskah kuno adalah barang kehidupan bersejarah yang dianggap sebagai representasi dari berbagai sumber lokal yang paling otoritatif dan otentik, dalam memberikan informasi dan tafsir sejarah pada masa tertentu.

Baca: Restorasi Dua Lukisan Karya Raden Saleh Milik Museum Keraton Yogyakarta Butuh Waktu 2 Bulan

“Naskah kuno merupakan warisan budaya bangsa yang kandungan isinya mencerminkan beragam pemikiran pengetahuan adat istiadat dan perilaku masyarakat masa lalu,” jelasnya.

Dia juga mengatakan, dengan ditemukannya naskah kuno membuktikan bahwa sejak lama bangsa Indonesia sudah memiliki budaya literasi yang kini dikaji melalui pendekatan filologi.

Filologi ialah ilmu tentang bahasa kebudayaan pranata dan sejarah suatu bangsa yang bisa diketahui melalui penelitian untuk menafsir hakikat suatu tulisan.

Dalam kesempatan ini, Sultan juga menyampaikan terima kasih dan memberi apresiasi kepada para sejarawan dan peneliti yang berasal dari luar negeri atas perhatiannya untuk budaya Jawa.

Ketua Panitia Mangayubagya Sri Sultan Hamengku Buwono 30 Tahun Bertakhta, GKR Hayu mengatakan, upaya pengembalian naskah kuno milik Yogyakarta ini juga menimbulkan argumen tentang kemampuan untuk merawat.

Baca: Macapat 72 Jam Nonstop di Bantul, Tembangkan Serat dan Babad Naskah Kuno

Untuk saat ini, dengan telah dikembalikannya sebagian kecil naskah oleh British Library, Keraton Yogyakarta ingin membuktikan pemanfaatannya.

“Dengan hanya dikasih file digitalnya saja, kita ingin menunjukkan kalau kita juga bisa memanfaatkan itu untuk berbagai kegiatan, seperti simposium, bedah naskah, hingga mungkin saja bisa menghasilkan rekonstruksi tari misalnya. Yang jelas kita tidak diam saja,” paparnya.

Dia juga mengatakan, simposium ini ingin berfokus pada, sebenarnya Keraton kehilangan apa, atau Yogyakarta kehilangan apa.

Dengan begitu, akan ada upaya inventarisasi apa saja yang hilang dan keberadaanya di mana, termasuk naskah-naskah kuno.

“Kalau sudah begitu, baru bisa dibenahi dengan mulai mencari satu-satu. Dan dari pengalaman mencari ke British Library, kendalanya ialah naskah kuno yang diinginkan ternyata tersebar, bahkan ada yang menjadi milik individu-individu. Kalau ditanya harapan, tentu maunya kembali semua, tapi kan tidak semudah itu,” imbuhnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved