Mengenal AR Baswedan, Jurnalis Militan yang Nekat Sembunyikan Dokumen Kemerdekaan

Mantan Wakil Menteri Muda Penerangan RI pada Kabinet Sjahrir itu memang seorang pembelajar yang mandiri, termasuk menulis

Editor: iwanoganapriansyah
IST
Pahlawan nasional Abdurrahman Baswedan 

Ismail Fajrie Alatas pada tahun 2011 dalam bukunya Becoming Indonesians: The Ba'Alawi in the Interstices of the Nation menyebut lembaga tersebut kerap memperjuangkan penyatuan penuh keturunan Arab dengan masyarakat Indonesia dan terlibat aktif dalam perjuangan bangsa.

Tak hanya dengan peranakan serumpunnya, AR Baswedan juga membangun komunikasi dengan pihak luar, seperti Sukarno, Mohamad Hatta, Sutan Sjahrir dan Moehammad Husni Thamrin.

Setelah itu, pada masa pendudukan Jepang, AR Baswedan diangkat sebagai anggota Chuo Sangi In, semacam Dewan Penasihat Pusat yang dibentuk Penguasa Jepang. Organisasi tersebut diketuai langsung oleh Sukarno.

Jelang kemerdekaan, AR Baswedan bersama Agus Salim, Rasyidi, Muhammad Natsir, St. Pamuncak menjadi delegasi diplomatik pertama.

Kerja keras rombongan diplomat itu meraih kesuksesan: pengakuan pertama Republik Indonesia secara de facto dan de jure dari Mesir, seperti yang sempat disinggung di atas.

Pada 1950-an, A.R. Baswedan bergabung dalam Partai Masyumi.

6. Keluarga

Natalie Mobini-Kesheh tahun 1999 dalam jurnalnya The Hadrami Awakening: Community and Identity in the Netherlands East Indies, 1900-1942, mengisahkan kehidupan pribadi AR Baswedan.

Dikisahkan, Sjaichun merupakan istri pertama AR Baswedan.

Namun pada tahun 1948 Sjaichun meninggal dunia di Kota Surakarta karena serangan malaria.

Tahun 1950 A.R. Baswedan menikah lagi dengan Barkah Ganis, seorang tokoh pergerakan perempuan, di rumah KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta.

Saat itu, Muhammad Natsir bertindak sebagai wali dan menikahkan mereka.

Anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) itu dikarunia 11 anak dan 45 cucu.

Dari 45 cucunya itu, Anies Baswedan merupakan salah di antaranya yang dikenal publik.

Tak hanya itu, kita kenal dengan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang tangguh, Novel Baswedan.

7. Tak Punya Rumah

AR Baswedan merupakan sosok yang sangat sederhana. Sampai akhir hayat, ia tak memiliki rumah.

Selama hidup ia dan keluarga menempati rumah pinjaman di dalam kompleks Taman Yuwono di Yogyakarta, sebuah kompleks perumahan yang dipinjamkan oleh Haji Bilal untuk para pejuang revolusi saat Ibukota di RI berada di Yogyakarta.

Mobil yang dimilikinya juga hadiah ulang tahun ke 72 dari sahabatnya Adam Malik, saat menjabat Wakil Presiden.

Sebelum menutup mata, AR Baswedan sempat menyelesaikan naskah autobiografinya di Jakarta pada akhir bulan Februari 1986.

Sekira 2 minggu setelahnya, kondisinya begitu menurun hingga akhirnya ia dinyatakan meninggal.

Penulis dan sastrawan ini dimakamkan di TPU Tanah Kusir berdampingan dengan para pejuang Indonesia dan menolak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. (Erlina Fury Santika)

.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul AR Baswedan Diberi Gelar Pahlawan: Jurnalis Militan yang Nekat Sembunyikan Dokumen Kemerdekaan

Sumber: Tribunnews
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved