Gunungkidul

BPBD Gunungkidul Telah Petakan Wilayah Krisis Air

Saat ini Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul telah memetakan lima daerah yang masuk dalam daerah rawan kekeringan.

Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
Berita Gunungkidul 

Untuk mengatasi kekeringan warga harus rela membeli air dari tangki swasta, satu keluarga dapat membeli 8-20 tangki.

Untuk harga satu tangkinya mencapai Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu.

"Daerah terparah adalah di Songbanyu, karena lokasi jauh dan sulit diakses sehingga air disana mahal," imbuhnya.

Baca: Pemda DIY Andalkan Bantuan Dropping Air dari CSR

Selain mengandalkan dropoing air dari BPBD pihaknya juga mencari bantuan dropping dari pihak swasta untuk melakukan dropping mengingat anggaran kecamatan untuk dropping sudah habis.

"Anggaran dari kecamatan sudah habis yaitu sebanyak 550 tangki air, sekarang mengandalkan drooping dari BPBD dan Swasta," jelasnya.

Satu diantara Perwakilan Alumni SMP N 2 Playen, Kolonel Inf Nurwahyu Widodo menyampaikan, pihaknya bersama alumni SMPN 2 Playen tahun 1984 mendengar informasi mengenai adanya masyarakat di Girisubo yang membutuhkan air bersih.

Bersama alumni yang lain, dirinya mengumpulkan anggaran untuk membeli air bersih.

"Total ada 100 tangki yang diserahkan ke desa Tileng," imbuhnya.

Terpisah satu diantara warga Desa Tileng, Gandi Suwarno harus rela menjual ternak dan pohonnya untuk membeli tangki air.

Ia mengaku sudah menghabiskan puluhan tangki air sejak Juli 2018 lalu.

"Total ada 20 an tangki, mungkin lebih. harganya pertangki Rp 110.000, Ya mau bagaimana, pohon jati sudah (dijual), kambing pokonya apapun, kalau pas tidak punya uang untuk beli air ya dijual. Besuk pas panen beli lagi ndak apa-apa," terangnya.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved