Gunungkidul

BPBD Gunungkidul Telah Petakan Wilayah Krisis Air

Saat ini Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul telah memetakan lima daerah yang masuk dalam daerah rawan kekeringan.

Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
Berita Gunungkidul 

Laporan Reporter Tribunjogja Wisang Seto Pangaribowo

TRIBUNJOGJA.COM,GUNUNGKIDUL - Hingga akhir bulan Oktober daerah selatan Kabupaten Gunungkidul tak kunjung hujan turun, warga harus merelakan barang-barang berharga dijual untuk mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.

Saat ini Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul telah memetakan lima daerah yang masuk dalam daerah rawan kekeringan.

Kapala Pelaksana BPBD Gunungkidul mengatakan kelima daerah tersebut adalah, Kecamatan Semanu, di Desa Dadapayu. Girisubo, dialami di Desa Songbanyu, Tileng, Karangawen, Jepitu, dan Nglindur.

Dan Kecamatan Rongkop di Desa Melikan. Kemudian Kecamatan Ngawen di Desa Jurangjero, Sambirejo, Besi.

Kecamatan Gedangsari, di Desa Watugajah, Mertelu, dan Hargomulyo.

"Kelima kecamatan tersebut merupakan daerah yang masuk zona merah yang artinya sangat membutuhkan air bersih," katanya, saat dihubungi, Minggu (28/10/2018).

Baca: Petani Cabai Gunungkidul Mulai Panen

Edy mengatakan hingga saat ini ada total 77 desa yang membutuhkan air bersih, 77 desa tersebut tersebar di 15 Kecamatan yang ada di Gunungkidul.

"Jumlah jiwa yang terdampak kekeringan juga bertambah saat ini mencapai 38.937 KK, dengan total 132.149 Jiwa, ada lima kecamatan yang masuk dalam zona merah yakni, Gedangsari, Semanu, Girisubo, Rongkop, Ngawen, kecamatan ini masuk zona merah artinya sangat membutuhkan bantuan air bersih," paparnya.

Edy mengatakan untuk kecamatan Girisubo sudah banyak mendapatkan bantuan dari pihak swasta, karena telah banyak mendapatkan air bantuan BPBD disalurkan ketempat lainnya.

Camat Girisubo, Agus Sriyanto mengatakan di wilayahnya ada 8 desa yang mengalami kekeringan parah, karena sejak 9 bulan terakhir tidak ada hujan deras yang turun.

"Total ada 82 dusun di wilayah kami, yang kesulitan air ada 62 dusun, yang tidak mengalami kekeringan karena sudah ada sambungan PDAM," imbuhnya.

Baca: Kompetisi Surfing Digelar di Pantai Wediombo Gunungkidul

Ia mengatakan di daerahnya sempat terjadi hujan tetapi hanya hujan lokal dengan skala kecil.

Girisubo memang tidak memiliki banyak sumber air yang bisa diambil, karena memang wilayah kecamatan yang berbatasan langsung dengan Wonogiri ini berada di perbukitan cadas.

"Ada tiga sumber mata air, tetapi memang kami kesulitan untuk dikelola bersama PDAM. Satu yang besar di Pule Jajar, lokasinya berbukit dan sulit diakses," katanya.

Untuk mengatasi kekeringan warga harus rela membeli air dari tangki swasta, satu keluarga dapat membeli 8-20 tangki.

Untuk harga satu tangkinya mencapai Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu.

"Daerah terparah adalah di Songbanyu, karena lokasi jauh dan sulit diakses sehingga air disana mahal," imbuhnya.

Baca: Pemda DIY Andalkan Bantuan Dropping Air dari CSR

Selain mengandalkan dropoing air dari BPBD pihaknya juga mencari bantuan dropping dari pihak swasta untuk melakukan dropping mengingat anggaran kecamatan untuk dropping sudah habis.

"Anggaran dari kecamatan sudah habis yaitu sebanyak 550 tangki air, sekarang mengandalkan drooping dari BPBD dan Swasta," jelasnya.

Satu diantara Perwakilan Alumni SMP N 2 Playen, Kolonel Inf Nurwahyu Widodo menyampaikan, pihaknya bersama alumni SMPN 2 Playen tahun 1984 mendengar informasi mengenai adanya masyarakat di Girisubo yang membutuhkan air bersih.

Bersama alumni yang lain, dirinya mengumpulkan anggaran untuk membeli air bersih.

"Total ada 100 tangki yang diserahkan ke desa Tileng," imbuhnya.

Terpisah satu diantara warga Desa Tileng, Gandi Suwarno harus rela menjual ternak dan pohonnya untuk membeli tangki air.

Ia mengaku sudah menghabiskan puluhan tangki air sejak Juli 2018 lalu.

"Total ada 20 an tangki, mungkin lebih. harganya pertangki Rp 110.000, Ya mau bagaimana, pohon jati sudah (dijual), kambing pokonya apapun, kalau pas tidak punya uang untuk beli air ya dijual. Besuk pas panen beli lagi ndak apa-apa," terangnya.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved