Gempa Lombok
Sebagian Rumahnya Rata Tanah, Korban Gempa Lombok Ini Terpaksa Mengungsi di Atas Bukit
Selama ini ia hanya tinggal di pengungsian yang berada di atas bukit yang berjarak 2 kilometer dari rumahnya.
Namun disusul gempa selanjutnya yang jauh lebih besar hanya berselang beberapa menit, Fikri langsung bergegas menuju luar rumah untuk menyelamatkan diri sambil mencari istri dan anak bungsunya.
Tidak hanya Fikri, para tetangganya pun sudah berkerumun di luar rumah.
Situasi langsung gelap gulita karena listrik padam.
Gempa kedua ini telah merobohkan tembok rumah Fikri.
Bukan hanya rumah, gempa ini mampu merobohkan masjid yang berjarak kurang dari 10 meter dari rumahnya.
Tiga orang yang diketahui meninggal saat beribadah di dalam masjid tersebut.
Seorang balita, anak tetangga sebelah rumah Fikri meninggal dunia di malam itu.
“Mereka yang meninggal dan terhimpit bangunan, belum sempat kita bawa, karena kita langsung mengungsi ke atas bukit, takut air laut meluap (tsunami),” kenang Fikri yang rumahnya hanya berjarak 300an meter dari pelabuhan.
Fikri masih ingat betul bagaimana ia dan istrinya bersama dengan seluruh warga kampung di malam itu beramai-ramai berjalan dua hingga kilometer mendaki bukit.
“Kita tidak membawa apa-apa hanya pakaian yang melekat di badan,” ujarnya.
Pada malam itu, kata Fikri, seluruh warga kampung Bangsal mengungsi di atas bukit sambil memandang dari kejauhan sambil berharap tsunami tidak datang untuk merendam kampung mereka.
Baca: Pascagempa Lombok, Monyet Ekor Panjang Banyak yang Keluar dari Hutan
“Saya hanya bilang kalau sinar lampu sudah tidak nampak lagi, berarti sudah terendam,” kata Fikri menirukan ucapan tersebut kepada istrinya seraya menggendong anaknya yang tertidur di pangkuan.
Beruntung, bencana tsunami yang dikhawatirkan seluruh warga Desa Bangsal tidak terjadi.
Namun pada malam itu, seluruh warga memilih berlindung di atas bukit.
Hingga esok paginya, mereka berani pulang ke rumah sambil mengurusi korban meninggal yang belum sempat dievakuasi. (*)