Kulonprogo

Cerita Warga Eks PWPP-KP yang Tinggal di Rusun: Tuti Pilih Bersikap Rasional

Keputusan ini juga disampaikannya kepada sang kakak yang ternyata bisa memaklumi kondisinya.

Penulis: Singgih Wahyu Nugraha | Editor: Ari Nugroho
IST
Tuti, mantan warga penolak bandara dari Palihan tengah beraktivitas dalam kamarnya di rusunawa Triharjo, Wates 

"Saya ngga bisa hidup gelap-gelapan dan tidak bisa kena debu karena ada penyakit asma," katanya.

Keputusan ini juga disampaikannya kepada sang kakak yang ternyata bisa memaklumi kondisinya.

Tuti sudah menjanda tiga kali dan selama ini hanya mencukupi kebutuhan hidupnya dengan mengandalkan dana pensiun dari suami terakhir.

Ia juga masih mempunyai seorang anak yang masih kuliah dan butuh dinafkahi di kota lain.

Sang kakak kemudian memintanya untuk tidak lagi berurusan dengan gerakan penolakan NYIA itu dan ia menyanggupinya dengan berpindah ke rusun.

Baca: Warga Penolak Bandara Bertahan di Genteng Rumah Lalu Diturunkan Petugas

Sama seperti warga lainnya, sikap menolak semula dilakoni Tuti atas dasar kesamaan nasib tak ingin tergusur serta solidaritas satu sama lain.

Apalagi, tetangga kanan-kiri juga sudah dianggap sebagai saudara sendiri.

Hanya saja, Tuti sadar ia tak memiliki banyak aset lahan seperti warga lainnya dan ia berjuang seorang diri untuk mencukupi kebutuhannya sendiri.

Jika terus bertahan, bisa jadi nasibnya semakin tak jelas dan bisa kehilangan semuanya.

Apalagi, ia masih punya tanggungan utang ke bank untuk membangun rumahnya.

Ia berpikir tidak ada yang bisa menolongnya kecuali dirinya sendiri.

"Bagi saya, prinsip itu urusan sendiri-sendiri. Sempat juga dimaki Bu Wagirah tapi saya tidak masalah dengan itu. Merekapunya lahan tegalan banyak, kalaupun rumah dilepas (tidak diganti rugi) ngga bakal ngaruh. Lha, saya kan ngga ada. Buat bangun rumah juga ngutang ke bank," kata Tuti.

Baca: Bila Bandara Baru Dioperasikan, PHRI Optimis Wisatawan Mancanegara Tembus 800 Ribu

Kini, Tuti mengaku hanya ingin melanjutkan hidupnya dengan tenang.

Sesekali, kerabat menengoknya di rusun sekadar untuk bersua melepas rindu.

Meski tak memiliki kemampuan khusus, Tuti memberanikan diri bikin usaha produksi kue secara otodidak bermodalkan pengalamannya menjadi juru masak di berbagai perusahaan semasa masih tinggal di Jakarta bersama almarhum suaminya.

Kue kering produksinya dititipkan di warung-warung serta menerima pesanan.

"Sekarang belum banyak sih bikinnya, masih ngandalin pesanan. Semoga bisa berkembang, doakan saja," kata Tuti.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved