Lipsus KMS Yogyakarta

Kisah Warga Kota Yogya Menolak KMS: Banyak yang Lebih Butuh Bantuan Dibanding Kami

Kerelaan melepas KMS dengan menolak pendataan dari petugas ini tak lepas dari latar belakangnya pengalaman mereka memperoleh bantuan ini.

Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Bramasto Adhy
Eriyanto (55) saat di rumahnya di Sosromenduran, Yogyakarta, Rabu (7/3). Eriyanto bersama istri bersepakat tidak lagi menerima bantuan Kartu Menuju Sejahtera (KMS) karena merasa cukup setelah kedua anaknya lulus sekolah menengah atas (SMA) sehingga tidak lagi memerlukan biaya pendidikan dan ingin berbagi kepada mereka yang lebih membutuhkan KMS 

”Ya, begini kondisi rumah saya. Ini hanya rumah dari orangtua yang kemudian kami tinggali. Seharusnya, kami layak mendapat KMS, namun kami tidak mau lagi menerima, ” kata Ngatinah.

Baca: Warga Kota Yogya Ini Pertanyakan KMS Miliknya yang Dicabut

Ngatinah dan suaminya merupakan satu di antara 62 KK yang enggan didata untuk menerima KMS.

Mereka mundur dari pendataan KMS pada tahun 2017 silam karena mereka ingin berbagi dengan orang lain yang lebih membutuhkan bantuan tersebut.

Padahal, di sisi lain, masih banyak warga yang sebenarnya lebih mampu namun berupaya memiskinkan diri agar memperoleh bantuan-bantuan serupa.

Hati tergerak

Alasan mereka untuk tidak mau didata dalam KMS lebih kuat karena dua anaknya sudah menyelesaikan pendidikan tingkat atas.

Selain tidak lagi terbebani biaya pendidikan, penghasilan mereka sebagai pedagang sandal eceran di gang sempit Sosrowijayan tampak semakin membaik.

Keputusan untuk melepas kesempatan mendapatkan KMS yang mungkin saja bisa mereka peroleh untuk kemudahan mengakses kesehatan, mendapat santunan kematian dan sembako gratis pun sudah bulat.

Kondisi warga lain yang ada di sekitar mereka membuat hati mereka tergerak untuk berbagi.

Baca: Indahnya Berbagi Lewat Warung Semesta, Beli Nasi Ayam Cuma Rp 2 Ribu Saja

”Ada rasa di mana kami tidak enak untuk menerima bantuan ini. Selain semua anak sudah selesai sekolah, kami melihat masih banyak warga yang membutuhkan daripada kami,” ucap Ngatinah diamini suaminya Eriyanto.

Eriyanto pun menambahkan, kerelaan melepas KMS dengan menolak pendataan dari petugas ini tak lepas dari latar belakangnya pengalaman mereka memperoleh bantuan ini.

Saat pertama kali memperoleh, ia mengaku kesulitan untuk memperoleh KMS dan harus mengajukan beberapa kali.

”Nah, kami sadar betul jika ada warga benar-benar membutuhkan dan kesusahan, setidaknya dengan kami melepas ini mereka bisa mendapat kesempatan,” ujar Eriyanto yang mengaku sempat bekerja sebagai operator di salah satu SPBU Yogyakarta ini.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved