Lipsus KMS Yogyakarta
Kisah Warga Kota Yogya Menolak KMS: Banyak yang Lebih Butuh Bantuan Dibanding Kami
Kerelaan melepas KMS dengan menolak pendataan dari petugas ini tak lepas dari latar belakangnya pengalaman mereka memperoleh bantuan ini.
Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Ari Nugroho
Indahnya berbagi
Dia pun mengajak warga yang cukup dalam finansial dan mampu dalam membayar kebutuhan hidup untuk tidak terlalu naif dalam mencari bantuan.
Sebaliknya, dengan memberikan kesempatan pada orang yang lebih berhak, rezeki banyak pun menjadi keniscayaan.
”Berbagi itu indah dan jujur pada kondisi diri,” ujarnya.
Baca: Terkait Kasus Penarikan KMS, Forpi Kota Yogya Segera Kroscek Seluruh Pihak Terkait
Setali tiga uang dengan kondisi Sri Ngatini (49), warga Jalan Rotowijayanan, Kadipaten, Kraton yang akhirnya memilih untuk tidak lagi menerima KMS.
Keputusannya itu tak lain karena dua anaknya juga sudah lulus sekolah.
Baginya, KMS tak ubahnya penyelamat hidup dari himpitan ekonomi pada saat menyekolahkan kedua putrinya.
Apalagi, dua putrinya itu hanya terpaut satu tahun sehingga terasa berat untuk biaya sekolah.
”Selama hampir 12 tahun saya mempergunakan KMS untuk kepentingan sekolah. Meskipun, ada beberapa bantuan yang bisa saya gunakan, ” katanya.
Lulus sekolah
Namun, begitu dua putrinya lulus dari SMA dan SMK, Sri Ngatini dan suaminya memutuskan untuk tidak lagi menerima KMS.
Pendataan dari petugas pun akhirnya tidak lagi diterimanya.
Baca: Dewan Sayangkan Pengurangan Bobot Parameter KMS di Kota Yogyakarta
Keputusannya untuk tidak lagi menerima manfaat KMS sudah dipikirkannya masak-masak.