Lipsus Pelabuhan Tanjung Adikarto

Tanjung Adikarto, Proyek Pelabuhan Rp 400 M Masih Terbengkalai

Agar fasilitas yang ada bisa termanfaatkan dan tidak terbengkalai maka masyarakat bisa memanfaatkan.

Penulis: dnh | Editor: Ikrob Didik Irawan
Tribun Jogja/ Hendra Krisdianto
Foto udara pelabuhan perikanan Tanjung Adikarto, Karangwuni, Wates, Kulonprogo. Pelabuhan yang mulai dibangun 2004 ini belum bisa difungsikan sesuai tujuan pembangunan karena gelombang besar dan sedimentasi. 

Dwiyanto mengatakan bahwa agar fasilitas yang ada bisa termanfaatkan dan tidak terbengkalai maka masyarakat bisa memanfaatkan.

Seperti gedung serba guna yang bisa digunakan untuk acara, termasuk acara pernikahan.

Ditemui dikantornya selang beberapa hari, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, Sigit Sapto Raharjo membenarkan bahwa masyarakat bisa memanfaatkan fasilitas yang ada.

Termasuk menggelar acara pernikahan di pelabuhan yang menelan biaya pembangunan total sekitar Rp 400 miliar ini.

“Anda juga bisa menggelar acara nikah di sana. Di sana ada gedung serba guna yang kapasitasnya cukup besar,” ujar Sigit dalam perbincangan dengan Tribun Jogja di kantornya di daerah Sagan, Kota Yogyakarta, Selasa (20/9/2016) kemarin.

Pemanfaatan lain adalah sebagai tempat wisata dan menggandeng peran warga sekitar.

Saat mengunjungi Tanjung Adikarto pada akhir pekan kemarin, beberapa orang nampak beraktivitas di sana.

Bahkan ada satu gedung yang dimanfaatkan sebagai warung. Terlihat juga beberapa pengunjung tengah jajan di sana.

Pelabuhan yang dibangun sejak tahun 2004 ini hingga kini belum bisa dioperasikan sesuai dengan tujuan pembangunan. Kapal ikan dengan bobot besar belum bisa merapat ke sana.

Padahal dari segi pembangunan fisik, hampir semua sudah siap.

Puluhan bangunan sudah berdiri kokoh di kawasan pelabuhan yang memiliki luas 16, 5319 hektar. Ombak dan gelombang besar dan sedimentasi yang tinggi menjadi kendala.

Penelusuran Tribun Jogja akhir pekan kemarin, kondisi gelombang di pintu masuk ke pelabuhan memang tinggi.

Saat itu langit mendung, gelombang cukup besar dan pecah di break water atau pemecah ombak yang melindungi perairan pintu masuk pelabuhan.

Pintu masuk ke Tanjung Adikarto sebenarnya adalah muara dari aliran sungai Serang, di muara tersebut sedimentasinya cukup tinggi.

Sedimentasi berupa pasir yang terdorong oleh gelombang laut. Saat air surut, hamparan pasir akan terlihat.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved