Lipsus Angka Pengangguran di Yogya
Saatnya Para Sarjana Ciptakan Lapangan Kerja Sendiri
Virus wirausaha pun diharapkan bisa menular kepada masyarakat pada umumnya
Penulis: dnh | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Semakin sempitnya peluang bekerja di sektor formal karena tingginya angka pencari kerja dan kecilnya jumlah lowongan membuat perlu ada perluasan peluang kerja baru. Seperti mendorong munculnya wirausahawan-wirausahawan baru. Sehingga ketergantungan terhadap sektor formal bisa berkurang.
"Perlu ada perluasan kerja baru, kita fasilitasi misalnya untuk pelatihan, stimulan bantuan, biar mereka tidak tergantung lagi pada sektor formal," ujar Elly Supriyanti, Kepala Bidang Penempatan dan Perluasan Kerja Disnakertrans DIY.
Elly pun mengklaim bahwa saat ini ada kecenderungan bahwa tidak semua lulusan hanya berharap pada sektor formal saja. Menurutnya perluasan kerja dengan melakukan kerja sama dengan perusahaan dengan mengadakan job fair dan dorongan untuk berwirausaha sama-sama dilakukan.
"Jadi semuanya kita push (dorong), mana yang bisa kita push, kita push," tegas Elly.
Sementara itu sejak mahasiswa pelatihan tentang kewirausahawan juga sudah diberikan. Menurut Koordinator Kopertis Wilayah V Yogyakarta Dr. Ir. Bambang Supriyadi pelatihan kewirausahawan diberikan, tidak hanya sosialisasi.
"Maksudnya apa, maksudnya kalau bisa lulusan perguruan tinggi bukan job seeker, tetapi job creator, itu tidak sekedar kita sosialisasikan tetapi kita lakukan pelatihan-pelatihan," ujarnya.
Sehingga menurut Bambang kalaupun mahasiswa tidak mendapatkan pekerjaan bukan karena tidak mencari pekerjaan, namun karena berfikir untuk membuat lapangan pekerjaan. Kopertis pada 2015 pun menawarkan program bernama Mau Bisa atau Mahasiswa Bina Usaha Desa.
"Jadi tidak sekedar mahasiswa mengajukan proposal tetapi hasilnya hanya dinikmati oleh yang mengajukan proposal tetapi juga untuk masyarakat desa," terangnya.
Selain memberikan dan membuka wawasan kepada mahasiswa, program tersebut juga diharapkan bisa menumbuhkan wirausaha dan membina suatu desa. Virus wirausaha pun diharapkan menular kepada masyarakat.
"Itu yang diharapkan. Jangan sampai kalau lulus itu pikirannya hanya membawa map rono rene (kesana kemari), ditolak rono rene terus mutung (ngambek). Meski juga membuat usaha itu tidak mudah," katanya.
Direktur ECC UGM, Nurhadi menyebutkan bahwa saat ini belum semua lulusan baru atau fresh graduate memiliki keberanian untuk berwirasusaha. Ia juga berpendapat hal tersebut ditambah belum ada pihak yang serius mendampingi atau mengikubasi.
Menurutnya tidak mungkin semua orang bisa bekerja di perusahaan besar karena terbatasnya tempat. Sedangkan di sisi lain ada potensi-potensi besar yang sebenarnya menjanjikan seperti sektor UMKM.
"Sektor UMKM masih dipandang sebelah mata oleh para pencari kerja. Padahal sektor ini menyerap tenaga kerja paling banyak dan bisa berkembang dengan suntikan SDM yang berkualitas, dengan kata lain ada masa depan karir juga disana," ujarnya. (*)
