Lipsus Pelabuhan Tanjung Adikarto
Tanjung Adikarto, Proyek Pelabuhan Rp 400 M Masih Terbengkalai
Agar fasilitas yang ada bisa termanfaatkan dan tidak terbengkalai maka masyarakat bisa memanfaatkan.
Penulis: dnh | Editor: Ikrob Didik Irawan
Laporan Reporter Tribun Jogja, Dwi Nourma Handito
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dalam sejumlah kesempatan, termasuk saat menghadiri syawalan di Kulonprogo pada akhir Juli 2015, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan HB X mengatakan, pelabuhan Tanjung Adikarto dapat dioperasikan pada awal 2016.
Saat itu Sultan mengatakan bahwa kapal besar berbobot 30 gross ton dapat masuk ke pelabuhan.
Namun harapan orang nomor satu di DIY itu tidak belum terwujud hingga saat ini.
Dua kendala utama yaitu sedimentasi di muara sungai yang menjadi pintu masuk pelabuhan sulit diatasi.
Masalah sedimentasi ini bisa membuat kapal berukuran besar kandas hingga tidak bisa masuk ke pelabuhan.
Upaya pengerukan muara sungai Serang yang menjadi pintu masuk ke pelabuhan tidak bisa optimal.
Masalah kedua yang masih menjadi kendala di pelabuhan yang terletak di Karangwuni, Wates, Kulonprogo ini adalah gelombang yang cukup besar.
Alhasil, meski sarana prasarana di darat sudah selesai dibangun, namun pelabuhan tersebut belum juga bisa beroperasi.
Saat Tribun Jogja datang, pelabuhan dengan luas 16,539 hektar ini terdapat tempat pelelangan ikan namun tampak di sana kosong.
Hanya ada lima kapal kecil yang bersandar di sisi selatan sebelah barat kolam pelabuhan.
Sementara itu gedung-gedung di sekitar kolam pelabuhan juga banyak yang kosong belum termanfaatkan.
Hanya ada satu dua gedung yang termanfaatkan, yakni pos keamanan dan gedung syahbandar yang digunakan oleh Dinas Kelautan Perikanan sebagai kantor pengelola.
Tribun Jogja lantas menemui pengelola Tanjung Adikarto.
Saat itu, Tribun Bertemu dengan Dwiyanto dari Dinas Kelautan dan Perikanan DIY yang mendapat tugas untuk mengurusi pelabuhan.