Lampah Budaya Mubeng Beteng
Ribuan Warga Berebut Nasi Gurih Demi "Ngalap Berkah" di Mubeng Beteng
Ribuan Warga Berebut Nasi Gurih Demi "Ngalap Berkah" di Ritual Mubeng Beteng
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Hari Susmayanti
Laporan Reporter Tribun Jogja Alexander Ermando
TRIBUNJOGJA.COM - Ritual Mubeng Beteng di Keben, Keraton Yogyakarta pada Selasa (11/09/2018) turut diisi dengan pembagian nasi gurih untuk warga yang hadir.
Begitu mulai dibagikan, ribuan warga serentak mendekat ke Bangsal Ponconiti. Mereka berebut mengambil seporsi nasi gurih yang dibagikan oleh panitia acara.
Meski berebutan, tidak ada saling sikut atau saling dorong antar warga tersebut. Mereka mengambil nasi gurih dengan tenang tanpa keributan.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Akbar Nurizki Kurniawan (20). Ia turut berebut nasi gurih tersebut bersama sejumlah sanak keluargannya.
Tidak hanya sekedar mengikuti ritual, ia dan keluarganya juga hadir dengan kostum peranakan yang lengkap.
"Ada kepuasan tersendiri tiap kali mengikuti Mubeng Beteng," ujar warga Purwodiningratan, Yogyakarta ini.
Baca: 5000 Peserta Ikuti Ritual Mubeng Beteng, Semua Harus Mbisu
Bagi Akbar, nasi gurih yang diperebutkan tidak hanya memiliki makna mendalam. Proses rebutannya menjadi seni tersendiri.
Nasi gurih sendiri menjadi makanan simbolis bermakna kenikmatan rejeki yang melimpah dalam kehidupan.
"Pas rebutannya kan penuh perjuangan, dari situ kita belajar rela berkorban dan bersabar," jelas Akbar.
Usai pembagian nasi gurih, seluruh panitia dan warga bersiap melakukan Mubeng Beteng. Arak-arakan akan mulai bergerak sekitar pukul 00.00 WIB dari Keben.
Akbar bersama keluarganya pun akan mengikuti ritual yang juga disebut sebagai Tapa Bisu itu. Ia akan berjalan kaki menempuh jarak 5 km bersama ribuan orang lainnya.
"Ritual ini sebagai refleksi diri, jadi akan saya ikuti sampai selesai," kata Akbar.(tribunjogja)