Berita Magelang

Sosialisasi Sistem Peringatan Dini di Tiga Desa Rawan Longsor Magelang

Untuk memperkuat kesiapsiagaan masyarakat menghadapi potensi bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja.com/Yuwantoro Winduajie
ILUSTRASI: Kondisi tanah longsor yang terjadi di lahan persawahan Dusun Kalipan, Desa Ngargosari, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, pada Jumat (11/10/2024 

 

Ringkasan Berita:Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang menggelar sosialisasi Sistem Peringatan Dini (Early Warning System/EWS).
 
Kegiatan dilaksanakan di Desa Ngepanrejo Kecamatan Bandongan, Desa Bumiayu Kecamatan Kajoran, dan Desa Wonolelo 

 

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG – Untuk memperkuat kesiapsiagaan masyarakat menghadapi potensi bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang menggelar sosialisasi Sistem Peringatan Dini (Early Warning System/EWS) tanah longsor di tiga desa rawan sepanjang 19 hingga 21 November 2025.

Kegiatan dilaksanakan di Desa Ngepanrejo Kecamatan Bandongan, Desa Bumiayu Kecamatan Kajoran, dan Desa Wonolelo Kecamatan Sawangan. 

Tiga wilayah ini termasuk dalam daerah dengan tingkat kerawanan longsor tertinggi di Kabupaten Magelang.

Data BPBD Kabupaten Magelang mencatat hingga November 2025 terjadi 159 kejadian tanah longsor di wilayah ini.

Beberapa kecamatan lokasi sosialisasi turut masuk dalam daftar wilayah dengan kasus tertinggi, seperti Kecamatan Kajoran yang mencatat 16 kejadian, Kecamatan Bandongan 18 kejadian, dan Kecamatan Sawangan 13 kejadian.

“Tingginya angka kejadian ini menjadi dasar pentingnya peningkatan kapasitas masyarakat dan pemasangan sistem peringatan dini di lokasi rawan,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang, Edi Wasono.

Pemandu Wisata di Deles Indah Klaten Dilatih Berbahasa Inggris

Ia juga menekankan pentingnya upaya mitigasi, baik mitigasi struktural maupun non struktural, untuk meminimalkan risiko. 

BPBD sendiri telah memasang EWS tanah longsor di tiga lokasi tersebut sebagai peringatan dini bagi warga.

Dalam sesi sosialisasi, peserta mendapat penjelasan mengenai komponen EWS, indikator pergerakan tanah, hingga langkah yang harus dilakukan ketika alarm peringatan berbunyi.

“Hal ini bertujuan agar masyarakat tidak hanya mengetahui adanya alat peringatan, tetapi juga memahami langkah cepat dan tepat dalam menghadapi potensi bencana,” lanjutnya.

Kepala Seksi Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Magelang, Joko Budi Sulistyo, menambahkan bahwa edukasi menjadi bagian penting dalam manajemen bencana.

“Peralatan seperti EWS tidak akan efektif tanpa pemahaman masyarakat yang memadai. Karena itu, sosialisasi ini menjadi momentum penting untuk memperkuat kesiapsiagaan warga,” jelasnya.

Dukungan juga disampaikan Anggota Komisi 4 DPRD Kabupaten Magelang, Nurcholis, yang hadir sebagai narasumber. Menurutnya, mitigasi bencana harus dilakukan secara kolektif antara pemerintah, relawan, dan masyarakat.

“Kesiapsiagaan adalah investasi keselamatan,” ucapnya.

Ia menambahkan, DPRD terus mendukung program penanggulangan bencana melalui legislasi, penganggaran, dan pengawasan.

Melalui sosialisasi ini, BPBD Kabupaten Magelang berharap masyarakat di Desa Ngepanrejo, Desa Bumiayu, dan Desa Wonolelo dapat memahami potensi bencana tanah longsor serta memiliki kesiapan menghadapi situasi darurat. Dengan tingginya angka kejadian longsor setiap tahun, edukasi berkelanjutan dan pemanfaatan teknologi EWS menjadi kunci dalam membangun masyarakat tangguh bencana. (tro)

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved