Berita Magelang

Lukisan Candi Borobudur dan Prambanan Ini Cuma Muncul Saat Ada Sorot Cahaya

Lukisan-lukisan Candi Borobudur, Prambanan, dan Sewu hanya bisa terlihat ketika pancaran cahaya diarahkan ke lukisan.

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja.com/ Yuwantoro Winduajie
LUKISAN PLATI GLEAM: Pengunjung mengamati karya lukis Nelson Ferreira yang dipajang di Lalitavistara Restaurant, Borobudur Cultural Center, Kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (24/8/2025) 

Ferreira membutuhkan sekitar lima malam untuk menyelesaikan setiap lukisan candi tersebut, ditambah dua malam bersama kru dokumentasi. 

“Kalau menyalin persis realitas, hasilnya hanya seperti fotokopi. Saya ingin menghadirkan kontras, detail dan non-detail, halus dan kasar, supaya lukisan punya dinamika,” katanya.

Baca juga: Dispeterikan Magelang Mulai Digitalisasi Retribusi Pasar Hewan dengan Aplikasi SIRUPAWAN

Tertarik dengan Candi

LUKISAN PLATI GLEAM: Pengunjung mengamati karya lukis Nelson Ferreira yang dipajang di Lalitavistara Restaurant, Borobudur Cultural Center, Kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (24/8/2025)
LUKISAN PLATI GLEAM: Pengunjung mengamati karya lukis Nelson Ferreira yang dipajang di Lalitavistara Restaurant, Borobudur Cultural Center, Kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (24/8/2025) (Tribunjogja.com/ Yuwantoro Winduajie)

Keterikatan Ferreira dengan candi-candi di Jawa berawal dari kunjungan ke Indonesia tiga tahun lalu. 

Saat itu ia mewakili Biara Batalha di Portugal untuk kerjasama dengan pengelola Candi Borobudur

Saat menyambangi Candi Sewu, ia merasakan pengalaman spiritual yang begitu kuat, seolah melihat kilatan belasan lukisan candi dalam benaknya hanya dalam hitungan detik.

Kini dia kembali lagi ke Indonesia untuk melukis candi-candi tersebut.

“Itu seperti penglihatan sekilas. Saat itu saya belum menemukan teknik Plati Gleam, tapi sekarang, tiga tahun kemudian, saya justru memamerkan karya candi di malam hari dengan teknik baru ini. Rasanya merinding,” tuturnya.

Ferreira mengatakan, karyanya merupakan upaya menjembatani kembali antara seni kontemporer dan warisan budaya masa lalu. 

Menurutnya, museum-museum seni modern di Eropa cenderung menjauhkan diri dari spiritualitas dan tradisi kuno.

“Saya mencoba menghubungkan kembali keduanya. Heritage ini mewakili nilai kemanusiaan yang dihasilkan generasi terdahulu, dan seni kontemporer bisa memberi cara baru untuk menghormatinya,” tegasnya.

Commercial Group Head PT Taman Wisata Borobudur AY Suhartanto mengatakan bahwa pameran lukisan ini merupakan tindak lanjut dari program Twin World Heritage antara Candi Borobudur dengan Monastery Batalha Portugal. 

“Kerja sama ini menekankan pada upaya pelestarian situs-situs heritage melalui pertukaran budaya antara kedua belah pihak, termasuk membuka ruang penciptaan seni yang menghadirkan perspektif baru dan segar, bukan hanya bagi destinasi semata, melainkan juga ekosistem seni di Indonesia,” jelasnya. (tro)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved