Resep Masakan

Bubur Pedas Sambas: Kuliner Legendaris Kalimantan Barat

Bubur pedas bukan sekadar makanan sehari-hari. Dahulu, bubur ini disiapkan untuk acara adat atau upacara penting.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
tribunjogja
Bubur pedas merupakan hidangan bubur yang dicampur dengan berbagai sayuran. Bubur khas daerah Sambas Kalimantan Barat kini menjadi kuliner yang sering disajikan saat sedang berkumpul dengan keluarga besar. 

Ringkasan Berita:
  • Bubur pedas Sambas tetap digemari karena cita rasanya yang gurih dan aroma rempah khas Kalimantan Barat.
  • Bubur pedas bagian dari warisan budaya Melayu Sambas yang bertahan turun-temurun.
  • Perpaduan sayuran lokal dan rempah-rempah membuat bubur pedas memiliki rasa dan aroma yang unik. 

 

TRIBUNJOGJA.COM - Kabupaten Sambas merupakan salah satu daerah di Kalimantan Barat yang terkenal dengan sungai dan keberagaman budayanya. 

Kabupaten Sambas menyimpan satu kuliner legendaris yang wajib dicicipi yaitu Bubur Pedas atau Bubur Padas.

Hidangan khas ini berasal dari masyarakat Melayu Sambas yang hidup di pesisir, termasuk Pontianak dan sekitarnya.

Aromanya yang harum, rasa gurih dari perpaduan rempah dan sayuran, serta tampilan yang kaya akan warna membuat siapa pun yang mencobanya langsung ketagihan.

Bubur pedas bukan sekadar makanan sehari-hari.

Dahulu, bubur ini disiapkan untuk acara adat atau upacara penting.

Pada masa paceklik, hidangan ini menjadi makanan hemat namun tetap bergizi.

Kini, bubur pedas menjadi ikon kuliner Kalimantan Barat yang terus dicintai banyak orang dari generasi muda hingga tua.

Bubur pedas dapat masuk kedalam lidah semua kalangan karena rasanya yang khas dan makna budayanya yang mendalam.

Asal-Usul dan Sejarah Bubur Pedas

Bubur pedas berasal dari daerah utara Kalimantan Barat, terutama Sambas, dan berkembang hingga Pontianak dan sekitarnya.

Nama aslinya dalam dialek lokal disebut "Bubbor Paddas", yang menekankan banyaknya sayuran dan rempah di dalamnya.

Meskipun disebut "pedas", hidangan ini tidak selalu membakar lidah, karena rasa pedas lebih muncul dari lada dan aroma rempah dari pada cabai.

Pada awalnya, bubur pedas dimasak untuk acara kerajaan atau ritual adat, menjadi simbol kebersamaan dan kemakmuran.

Seiring waktu, makanan ini menyebar ke masyarakat umum dan menjadi santapan sehari-hari.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved