Bir Jawa Hingga Secang Latte, Misi Andrianto Soeristyo Melestarikan Minuman Tradisional
. Dahulu, minuman ini kerap disajikan di Keraton Yogyakarta untuk menyambut tamu-tamu asing yang berkunjung ke Kesultanan.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Ikrob Didik Irawan
TRIBUNJOGJA.COM - Bagi sebagian orang, nama Bir Jawa mungkin terdengar asing. Padahal, minuman rempah non-alkohol khas Keraton Yogyakarta ini sudah lama menjadi bagian dari warisan kuliner Jawa.
Di tangan Andrianto Soeristyo Soerahmad, atau akrab disapa Andri, resep klasik tersebut terus dilestarikan sekaligus dikembangkan agar tetap diterima oleh lidah generasi muda.
Andri menjelaskan, penggunaan kata bir muncul karena warna minuman yang kekuningan dan berbuih, sehingga menyerupai bir sungguhan. Buih di permukaan minuman itu sebenarnya berasal dari proses pengocokan dengan alat shaker.
Lebih dari sekadar minuman, Andri memaparkan, Bir Jawa juga menyimpan kisah sejarah. Dahulu, minuman ini kerap disajikan di Keraton Yogyakarta untuk menyambut tamu-tamu asing yang berkunjung ke Kesultanan.
Andri merupakan pemilik usaha rumahan Sirup Yang-Ti, yang berdiri sejak 2017. Ia meneruskan resep sirup rempah milik sang ibunda, Eyang Putri, nama yang juga menginspirasi penamaan usahanya.
Kini, dari resep warisan tersebut, Andri memproduksi dua jenis sirup rempah utama sebagai dasar berbagai minuman tradisional kekinian, yaitu Sirup Secang dan Sirup Wedang Jahe.
Kedua sirup itu menjadi bahan utama aneka minuman inovatif yang ia pasarkan melalui berbagai stan. Bir Jawa, misalnya, merupakan kombinasi dari Sirup Secang, Sirup Wedang Jahe, dan perasan jeruk nipis. Sirup Secang bahkan dikreasikan menjadi Secang Latte dan Wine Jawa.
“Sirup secang saya tambahin kayu manis dan pandan, kan wangi, jadilah wine jawa,” tutur Andri saat ditemui Tribun Jogja (16/10/2025) di Ramai Mall, Malioboro, Yogyakarta.
Sirup Jahe
Tak berhenti di situ, ia juga menciptakan varian Ginger Milky Latte berbahan dasar Sirup Wedang Jahe.
Proses pembuatan sirup terdiri atas pemilihan bahan berkualitas yang diperoleh dari pasar tradisional, perebusan, penambahan gula tebu dan garam halus, lalu disaring dan didinginkan sebelum dikemas.
Seluruh proses, mulai dari tahap awal hingga pengemasan, membutuhkan waktu sekitar enam jam.
Kini Sirup Yang-Ti menjadi stan yang selalu hadir di acara ekspo atau festival. Ia juga punya stan tetap di Ramai Mall, Malioboro, yang buka setiap pukul 10 pagi hingga 5 sore.
Keberhasilan Andri tak lepas dari ketekunan dan kesediaannya mengikuti pelatihan serta mendengar masukan. Dulu, usahanya hanya berfokus menjual sirup. Namun, segalanya berubah setelah seorang kerabat Keraton memberi saran.
“Ia bilang, kalau jualan sirup saja tidak begitu populer, tidak kencang perputaran ekonominya,” kenang Andri. Dari situlah ia mulai berinovasi dengan berbagai racikan minuman baru.
Hingga sekarang, Andri pun lebih memperhatikan penamaan produknya agar akrab di telinga masyarakat.
| Menapaki Jejak Gempa Bantul 2006 Bersama Geotrek Jogja di Sesar Opak |
|
|---|
| Kisah Roro Widya, Lulus Doktor dalam Waktu 2 Tahun 10 Bulan di UGM |
|
|---|
| Limbah Kain Disulap Jadi Boneka, Serunya Anak-anak Belajar di Teman Perca di Yogyakarta |
|
|---|
| Kura-Kura Ubah Hidup Tonny, dari Pola Tidur Berantakan ke Pengusaha Mandiri |
|
|---|
| Cerita Perajin Mainan Anak Asal Bantul, Berhasil Bertahan di Tengah Gempuran Produk Impor |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.