376 Spesies Ular di Indonesia, Pengembangan Serum Antibisa Belum Signifikan
Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa kecelakaan akibat gigitan ular bukan lagi neglected disease, karena semakin banyak peneliti peduli
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Yoseph Hary W
Selain itu, fasilitas snake farm yang belum memenuhi standar internasional menyulitkan ketersediaan venom yang stabil untuk kebutuhan penelitian.
Dalam penanganan kasus gigitan ular berbisa, Donan menekankan pentingnya langkah imobilisasi untuk membatasi pergerakan area tubuh yang terkena gigitan.
Ia menambahkan bahwa metode bantalan tekan dapat diterapkan sebagai pertolongan awal pada kondisi darurat.
Menurutnya, menenangkan korban juga menjadi bagian penting agar racun tidak menyebar lebih cepat di dalam tubuh. “Setelah itu korban bisa segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan,” jelasnya.
Terobosan antibodi llama dan alpaka yang mampu menjangkau 17 spesies ular dinilai memberikan angin segar bagi dunia riset dan kesehatan.
Donan berharap inovasi tersebut dapat dikembangkan secara massal, khususnya di negara dengan tingkat kematian akibat gigitan ular yang tinggi seperti Indonesia.
“Inovasi ini saya harap dapat diproduksi massal dan menjangkau masyarakat kita, khususnya petani, peladang, dan orang-orang yang bekerja di hutan,” pungkasnya. (Ard)
| Musim Ular Bertelur Mulai September 2025 hingga April 2026, Ini Buktinya |
|
|---|
| Sepasang Ular Kobra Jawa Sembunyi di Bawah Lantai Rumah Warga Klaten, Telurnya Puluhan |
|
|---|
| Bagaimana Retinopati Diabetik Menjadi Ancaman bagi Penglihatan? |
|
|---|
| UGM dan Telkom Dirikan AI Center, Dorong Lahirnya Inovasi Digital yang Lebih Dekat dengan Masyarakat |
|
|---|
| Ruang Kelas Berubah Jadi Mini Redaksi saat Mahasiswa Yogyakarta Latihan Menjadi Wartawan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/snake-ular-berbisa.jpg)