376 Spesies Ular di Indonesia, Pengembangan Serum Antibisa Belum Signifikan

Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa kecelakaan akibat gigitan ular bukan lagi neglected disease, karena semakin banyak peneliti peduli

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Yoseph Hary W
pixabay
ilustrasi ular 

Selain itu, fasilitas snake farm yang belum memenuhi standar internasional menyulitkan ketersediaan venom yang stabil untuk kebutuhan penelitian.

Dalam penanganan kasus gigitan ular berbisa, Donan menekankan pentingnya langkah imobilisasi untuk membatasi pergerakan area tubuh yang terkena gigitan.

Ia menambahkan bahwa metode bantalan tekan dapat diterapkan sebagai pertolongan awal pada kondisi darurat. 

Menurutnya, menenangkan korban juga menjadi bagian penting agar racun tidak menyebar lebih cepat di dalam tubuh. “Setelah itu korban bisa segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan,” jelasnya.

Terobosan antibodi llama dan alpaka yang mampu menjangkau 17 spesies ular dinilai memberikan angin segar bagi dunia riset dan kesehatan. 

Donan berharap inovasi tersebut dapat dikembangkan secara massal, khususnya di negara dengan tingkat kematian akibat gigitan ular yang tinggi seperti Indonesia. 

“Inovasi ini saya harap dapat diproduksi massal dan menjangkau masyarakat kita, khususnya petani, peladang, dan orang-orang yang bekerja di hutan,” pungkasnya. (Ard)

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved