Anggaran MBG Naik 5 Kali Lipat Tahun 2026, Pakar Kebijakan Publik UGM Paparkan Fakta Ini
Bila dilihat dari kacamata kebijakan publik, hal tersebut ibarat nelayan menerjang ombak meski ramalam cuaca sedang tak baik-baik saja.
Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Anggaran program makan bergizi gratis (MBG) sebesar Rp 335 triliun pada tahun 2026, lebih besar sekitar lima kali lipat dari anggaran 2025.
Hal itu terkuak pada rapat bersama Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR RI yang disiarkan daring, Kamis (21/8/2025).
Kebijakan tersebut mendapat tanggapan dari Guru Besar Bidang Manajemen Kebijakan Publik, Universitas Gadjah Mada (UGM), Wahyudi Kumorotomo.
Dia mengatakan, bila dilihat dari kacamata kebijakan publik, hal tersebut ibarat nelayan menerjang ombak meski ramalam cuaca sedang tak baik-baik saja.
"Kebijakan menambah anggaran MBG hingga 5 kali lipat ini dapat diibaratkan nelayan yang menerjang ombak ketika semua ramalan cuaca menunjukkan bahwa badai besar akan datang," ujarnya pada Tribun Jogja, Jumat (22/8/2025).
Wahyudi melanjutkan, meski mesin kapal tengah disiapkan dan layar dikembangkan secara lebar, hal itu tidak akan berdampak bila badai datang terlalu besar.
"Kendatipun kita menambah mesin kapal dan mengembangkan layar lebar-lebar, kemungkinan tidak akan ada gunanya karena badai yang terlalu besar, tidak akan bisa dilawan oleh kapal yang kita gunakan," imbuhnya.
Lanjutnya, sesuai pernyataan Menkeu Sri Mulyani, tantangan yang paling utama dengan dana sebesar Rp 335 triliun ini adalah pada eksekusi dan tatakelolanya.
Sejauh ini uji-coba dan penyelenggaraan MBG di banyak daerah masih kurang profesional dan kurang jelas manajemen, pelaksanaan, dan akuntabilitasnya.
"Ada 7 (tujuh) mitra utama BGN yang ternyata sebagian besar berafiliasi dengan Parpol, penguasa, dan militer. Dana masih lebih banyak teralokasi untuk membangun dapur umum, mengadakan rantang stainless-steel, serta standarisasi perkakas, bukan justru dipusatkan agar pengadaan, kualitas menu, dan pengantaran (delivery) berjalan dengan efisien dan efektif," paparnya.
Rencana bahwa program MBG akan menciptakan lapangan kerja, sejauh ini, juga belum terealisasi karena SPPG kurang melibatkan juru-masak di kantin-kantin sekolah, UMKM, serta institusi pelaksana yang memang sudah ada di lingkup sekolah.
Untuk itu, Wahyudi menekankan pentingnya monitoring dan evaluasi atas kinerja program MBG harus dilakukan secara efektif dan menyeluruh.
Dari berbagai pernyataan Presiden, tujuan MBG adalah, mengatasi stunting, meningkatkan gizi dan nutrisi anak sekolah, meningkatkan prestasi akademik anak sekolah, dan mengurangi kemiskinan ekstrem.
"Dari yang sejauh ini dilaksanakan, ternyata indikator pencapaian tujuan-tujuan ini masih belum jelas. Kasus-kasus keracunan diantara siswa penerima MBG, misalnya, menunjukkan bahwa ternyata ada masalah-masalah baru yang timbul jika kontrol kualitas program tidak memadai," urainya.
Demikian juga dari prestasi akademik, masih perlu dikaji kembali apakah benar program ini meningkatkan skor PISA, sebagai salah satu indikator internasional atas prestasi anak-anak sekolah kita.
Kata Dinkes Sleman soal Dugaan Penyebab Keracunan MBG di SMPN 3 Berbah |
![]() |
---|
Pengawas Dinkes Sleman Sebut Aspek Penyebab Keracunan MBG di Berbah: Makanan Tidak Segera Dimakan |
![]() |
---|
Dinkes DIY Perketat Pengawasan MBG seusai 137 Pelajar di Berbah Sleman Jadi Korban Keracunan |
![]() |
---|
Marak Keracunan MBG, Dinkes Gunungkidul Bereaksi, Orang Tua Khawatir: Anak Kami Jadi Taruhannya |
![]() |
---|
Keracunan MBG Pelajar di DIY, Ombudsman: Program Nyaris Tanpa Pengawasan, Pelanggaran Nir Sanksi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.