Karakter Tanah Khas di Wunut dan Sompok Imogiri Bantul Perlu Penanganan Khusus Pasca Longsor

Longsor sepanjang sekitar 100 meter dengan kedalaman lima meter terjadi di pinggiran Sungai Oya

|
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO
Sejumlah warga memantau kondisi longsoran yang menutup akses jalan antara Padukuhan Wunut dan Sompok, Kalurahan Sriharjo, Imogiri, Bantul, Sabtu (22/11/2025). Longsor sepanjang sekitar 100 meter dengan kedalaman lima meter membuat jalan desa tidak dapat dilalui, memicu penetapan masa tanggap darurat selama 14 hari oleh pemerintah setempat. 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Hujan lebat yang mengguyur Jumat (21/11/2025) sore memicu longsor dan banjir yang menutup akses jalan desa penghubung Padukuhan Wunut dan Sompok, Kalurahan Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul

Longsor sepanjang sekitar 100 meter dengan kedalaman lima meter terjadi di pinggiran Sungai Oya. 

Material longsor berasal dari derasnya aliran air hujan yang terkumpul dari perbukitan sekitar.

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menegaskan, masalah bukan hanya pada intensitas hujan, tetapi juga kondisi tanah.

“Di wilayah Wunut, Sompok, dan sekitarnya, berdasarkan kajian teknik sipil dan geologi UGM, terdapat karakter tanah yang khas. Dua hingga tiga tahun lalu, ketika bencana terjadi di titik yang sama, kajian telah menunjukkan perlunya penanganan khusus," kata Halim.

Baca juga: Banjir dan Longsor Putus Akses Jalan Wunut–Sompok, Bupati Bantul Tetapkan Tanggap Darurat 14 Hari

Penanganan tidak cukup hanya dengan talut Kali Oyo atau konstruksi sipil sepanjang 20 meter. Struktur beton talut Kali Oyo terbukti belum cukup, karena yang harus dilindungi bukan hanya dari abrasi sungai, tetapi juga dari aliran air tanah dan bawah tanah yang mengalir ke arah sungai. 

Ini pula alasan mengapa talut terus mengalami abrasi dari arah daratan, bukan dari arah sungai. Karena karakter tanah tersebut, kawasan ini memerlukan penanganan khusus. 

" Metodenya belum dapat kami tentukan sekarang; perlu konsultasi dengan para pakar—ahli konstruksi, geologi, hidrologi, dan lainnya—agar konstruksi yang diputuskan benar-benar tepat dan tidak menimbulkan masalah yang sama berkali-kali,” tambahnya.

Langkah tanggap darurat langsung diterapkan pemerintah. 

Dua posko logistik didirikan untuk menjamin kebutuhan dasar 450 warga terdampak, terdiri atas 300 jiwa di Wunut dan 150 jiwa di Sompok. 

Pemerintah menyiapkan jalur distribusi alternatif dan lokasi evakuasi bagi warga jika kondisi memburuk.

“Posko logistik tidak boleh sampai ada warga yang kelaparan, kekurangan makanan, atau tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup minimal sehari-hari seperti selimut dan perlengkapan dasar. Bersama relawan dan Lurah Sriharjo, kami juga sedang menetapkan lokasi evakuasi bagi warga. Jika kondisi memburuk, evakuasi atau relokasi sementara warga pasti akan dilakukan,” kata Halim.

BMKG memprediksi puncak musim hujan di wilayah Yogyakarta berlangsung hingga Februari, sehingga masa tanggap darurat ditetapkan 14 hari dan dapat diperpanjang jika diperlukan.

Halim menambahkan, rekonstruksi sarana dan prasarana pasca longsor akan dilakukan setelah fase tanggap darurat berakhir, dan membutuhkan perencanaan teknis yang lebih kompleks karena karakter tanah yang unik di kawasan tersebut. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved