Jogja Menyapa 6: Merawat Keistimewaan Lewat Ruang Kolaborasi Budaya dan Generasi Muda

Pemerintah Daerah DIY melalui Paniradya Kaistimewan kembali menghadirkan event tahunan Jogja Menyapa #6

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Hari Susmayanti
Dok Istimewa
Jogja Menyapa #6 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA  – Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui Paniradya Kaistimewan kembali menghadirkan event tahunan Jogja Menyapa #6, yang digelar pada Jumat–Sabtu (7–8 November 2025) di Teras Malioboro Beskalan, Yogyakarta.

Kegiatan ini merupakan agenda rutin Pemda DIY untuk memperkuat pelestarian dan pengembangan nilai-nilai keistimewaan Yogyakarta sekaligus menjadi ruang komunikasi publik dan apresiasi budaya, terutama bagi generasi muda dan mahasiswa baru di Kota Pelajar.

Memasuki tahun keenam penyelenggaraan, Jogja Menyapa hadir dengan konsep yang lebih holistik, inklusif, dan kolaboratif.

Tak hanya menampilkan kekayaan budaya lokal, acara ini juga membuka ruang bagi kreativitas dan inovasi generasi muda.

Pemerintah, komunitas, akademisi, pelaku usaha, serta mahasiswa berkolaborasi dalam berbagai kegiatan seperti talkshow keistimewaan, workshop kreatif, job fair, pameran seni, kompetisi cosplay dan e-sport, hingga kegiatan sosial seperti donor darah bersama PMI dan skrining kesehatan jiwa bersama RSJ Grhasia.

Paniradya Pati DIY, Kurniawan, S.Sos., S.E.Akt., M.Ec.Dev., mengatakan bahwa Jogja Menyapa merupakan ruang perjumpaan budaya yang memperkuat pemahaman dan partisipasi publik terhadap makna keistimewaan daerah.

“Kegiatan ini tidak hanya mengapresiasi kekayaan budaya, tetapi juga menjadi sarana komunikasi publik agar masyarakat semakin memahami filosofi dan nilai-nilai luhur yang menjadi dasar keistimewaan DIY,” ujarnya.

Menurutnya, mahasiswa dipilih sebagai salah satu sasaran utama karena memiliki posisi strategis dalam menyebarkan nilai-nilai keistimewaan kepada publik.

Baca juga: Paniradya Kaistimewan DIY Beri Dukungan Budidaya Ternak Bagi KWT di Samigaluh Kulon Progo

 “Mahasiswa adalah kelompok yang punya kapasitas intelektual dan jejaring sosial luas. Mereka bisa menjembatani dunia akademik dengan praktik sosial di masyarakat,” tambahnya.

Kurniawan juga menegaskan pentingnya menjaga keseimbangan antara pelestarian tradisi dan inovasi budaya.

“Pelestarian dilakukan dengan menghormati nilai-nilai asli budaya, sementara inovasi membuat tradisi tetap hidup dan relevan dengan perkembangan zaman. Dengan partisipasi generasi muda dan teknologi digital, budaya Yogyakarta bisa terus berkembang tanpa kehilangan jati diri,” ujarnya.

Beragam sesi menarik akan hadir selama dua hari penyelenggaraan, di antaranya Talkshow Keistimewaan “Lost in Jogja: Menemukan Ruang di Budaya yang Istimewa”, Workshop Kain Perca, Jogja Book Fair bersama IKAPI, hingga kompetisi kreatif seperti melukis, fotografi, dance, dan cosplay.

Puncak acara akan digelar Sabtu malam (8/11/2025) dengan penampilan teater Sandung Lamur, peluncuran video klip “Pak Radji dan Lik Warti”, sambutan Gubernur DIY, penyerahan penghargaan lomba, serta penampilan musik dari grup Aftershine.

Melalui kegiatan ini, Paniradya Kaistimewan berharap Jogja Menyapa menjadi ruang kolaborasi lintas generasi yang mempertemukan gagasan dan praktik budaya, menjadikan keistimewaan Yogyakarta bukan sekadar simbol, tetapi bagian hidup masyarakat.

“Anak muda Yogyakarta harus menyadari bahwa mereka bukan hanya penerus, tapi juga agen perubahan. Dengan semangat kolaboratif dan rasa bangga terhadap identitas daerah, mereka dapat menjaga keseimbangan antara tradisi dan kemajuan,” tutup Kurniawan.

Rangkaian kegiatan Jogja Menyapa #6 mencerminkan semangat guyub, kreatif, dan berdaya bersama — ciri khas keistimewaan Yogyakarta yang terus hidup di tengah arus modernisasi. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved